#GazaUnderAttack

Powered by Blogger.

Tausiyah

Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- : Abu ‘Amrah, Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata : Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguh (istiqomahlah. (Riwayat Muslim)

"Tugas kita adalah menyalakan lilin, bukan mencela kegelapan" Anis Matta (Barang kali kita memang tidak bisa mengubah keadaan, tetapi bukankah kita bisa mengubah sikap dalam menghadapinya..)

"Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk” (QS. Al-Kahfi:13)

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 208)

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong pada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia)."(QS. Ali Imran : 8)

Twitter

#SavePalestine



Live Traffic Map

Live Traffic Feed

loading...

Wednesday, December 22, 2010

Nasyid Ghurabaa`

Kita sering mendengarkan murattal dengan Qari` Sa’ad al Ghamidi. Para aktivis Islam era-80-90an mengenal beliau selain sebagai seorang Qari` yang cukup digemari juga adalah seorang munsyid, dengan nasyid bertema jihadi dan tanpa alat musik. Dua nasyid yang paling saya gemari adalah nasyidUkhuwatuddin dan Ghuraba`, keduanya dari album ad-Damam. Berikut lirik nasyid ghuraba, nasyid yang selalu membuat hati tergetar dan rindu dengan suasana keislaman yang kental dengan perjuangan.

Laisal gharibu huwalladzi faraqad diyara wadda’al aan
Walakinnal ghariba huwalladzi yajiddu wan naasu min haulihi yal’abun
Wa yash-hu wan naasu min haulihi yanaamun
Wa yasluku darbal khairi wan naasu fii dhalalihim yatakhaththathun
Wa shadaqasy syaa’iru idz yaquul:
Qaala lii shahiibun araaka ghariiba
Baina haadzal anaami duuna khaliili
Qultu, kalla! Balil anaamu ghariibun, ana fii ‘aalami wa haadzihi sabiilii
Haadza huwal ghariib: Ghariibun ‘indal ‘aabitsiina minal basyar
Walakinnahu ‘inda rabbih, fii maqaamin kariim

Bukanlah orang asing itu mereka yang berpisah dari negeri
mereka dan mengucapkan selamat tinggal sekarang
Tapi orang asing itu ialah mereka yang tetap serius dikala manusia di sekelilingnya asyik bermain-main
Dan tetap terbangun ketika manusia disekelilingnya asyik tidur dengan lenanya
Dan tetap mengikuti jalan lurus dikala manusia dalam kesesatannya tenggelam
tanpa arah

Dan betapa benarnya sebuah syair ketika dia berkata
Berkata kepadaku para sahabat, ‘aku melihatmu sebagai orang
asing’
Di antara orang banyak ini engkau tanpa teman dekat
Maka aku berkata, sekali-kali tidak! Bahkan orang banyak
itulah yang asing, sedang aku berada di kehidupan dan inilah jalanku
Inilah orang asing itu
Asing di sisi mereka yang hidup sia-sia di antara manusia
Tetapi disisi Rabb-nya, mereka berada di tempat yang mulia

Ghurabaa`, ghurabaa`,
ghurabaaa` ghurabaa`
Ghurabaa`, ghurabaa`,
ghurabaaa` ghurabaa`

Ghurabaa` wa li ghairillaahi laa nahnil jibaa
Ghurabaa` war tadhainaa haa syi’aaran lil hayaah
Ghurabaa` wa li ghairillaahi laa nahnil jibaa
Ghurabaa` war tadhainaa haa syi’aaran lil hayaah

Ghurabaa`, dan kepada selain Allah mereka takkan menunduk
Ghurabaa`, dan mereka telah rela Ghurabaa` sebagai syi’ar dalam kehidupan
Ghurabaa`, dan kepada selain Allah mereka takkan menunduk
Ghurabaa`, dan mereka telah rela Ghurabaa` sebagai syi’ar dalam kehidupan

In tasal ‘anna fa inna laa nubaali bith-thughaat
Nahnu jundullaahi dauman darbunaa darbul-ubaa
In tasal ‘anna fa inna laa nubaali bith-thughaat
Nahnu jundullaahi dauman darbunaa darbul-ubaa

Jika engkau bertanya tentang kami, maka kami tak peduli terhadap para taghut
Kami adalah tentara Allah selamanya, jalan kami adalah jalan yang sudah tersedia
Jika engkau bertanya tentang kami, maka kami tak peduli terhadap para taghut
Kami adalah tentara Allah selamanya, jalan kami adalah jalan yang sudah tersedia

Lan nubaali bil quyuud, bal sanamdhii lil khuluud
Lan nubaali bil quyuud, bal sanamdhii lil khuluud
Fal nujaahid wa nunaadhil wa nuqaatil min jadiid
Ghurabaa` hakadzal ahraaru fii dunyal ‘abiid
Fal nujaahid wa nunaadhil wa nuqaatil min jadiid
Ghurabaa` hakadzal ahraaru fii dunya-al ‘abiid

Kami tak peduli terhadap rantai para taghut, sebaliknya kami akan terus berjuang
Kami tak peduli terhadap rantai para taghut, sebaliknya kami akan terus berjuang
Maka marilah kita berjihad, dan berperang, dan berjuang dari sekarang
Ghurabaa`, dengan itulah mereka merdeka dari dunia yang hina
Maka marilah kita berjihad, dan berperang, dan berjuang dari sekarang
Ghurabaa`, dengan itulah mereka merdeka dari dunia yang hina

Kam tadzaakarnaa zamaanan yauma kunna su’adaa`
Bi kitaabillaahi natluu-hu shabaahan wa masaa`
Kam tadzaakarnaa zamaanan yauma kunna su’adaa`
Bi kitaabillaahi natluu-hu shabaahan wa masaa`

Betapa sering saat kita mengenang hari-hari bahagia kita
Dengan Kitabullah kita membaca, di pagi hari dan di sore hari
Betapa sering saat kita mengenang hari-hari bahagia kita
Dengan Kitabullah kita membaca, di pagi hari dan di sore hari

Qaala Rasulullahi Shallallaahu ‘alaihi was Sallam
Bada-al Islamu ghariiban wa saya’uudu ghariiban kamaa bada-a
Fathuuba lil ghurabaa`

Bersabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi was Sallam
Islam itu bermula dari asing, dan akan kembali asing seperti mulanya
Maka beruntunglah orang-orang yang asing
Read more...
separador

Tuesday, December 21, 2010

Aku Rindu dengan Zaman Itu



Aku rindu zaman ketika “halaqoh” adalah kebutuhan,
bukan sekedar sambilan apalagi hiburan

Aku rindu zaman ketika "membina" adalah kewajiban,
buka pilihan apalagi beban dan paksaan

Aku rindu zaman ketika "dauroh" menjadi kebiasaan,
bukan sekedar pelengkap pengisi program yang dipaksakan

Aku rindu zaman ketika "tsiqoh" menjadi kekuatan,
bukan keraguan apalagi kecurigaan

Aku rindu zaman ketika"tarbiyah" adalah pengorbanan,
bukan tuntutan dan hujatan

Aku rindu zaman ketika "nasihat" adalah kesenangan,
bukan su'udzon atau menjatuhkan

Aku rindu zaman ketika kita semua memberikan segalanya untuk da'wah ini

Aku rindu zaman ketika "nasyid ghuraba" menjadi lagu kebangsaan

Aku rindu zaman ketika hadir "liqo" adalah kerinduan,
dan keterlambatan adalah kelalaian

Aku rindu zaman ketika malam gerimis pergi ke puncak mengisi dauroh
dengan ongkos ngepas dan peta tak jelas

Aku rindu zaman ketika seorang ikhwah benar-benar "jalan kaki 2jam" di malam buta sepulang tabliqh da'wah di desa sebelah

Aku rindu zaman ketika akan pergi liqo selalu membawa uang infak, alat tulis, buku catatan dan Qur'an terjemahan ditambah sedikit hafalan

Aku rindu zaman ketika seorang binaan menangis karena tak bisa hadir di liqo

Aku rindu zaman ketika tengah malam pintu depan diketok untuk mendapat berita kumpul subuh harinya

Aku rindu zaman ketika seorang ikhwah berangkat liqo dengan ongkos jatah belanja esok hari untuk keluarganya

Aku rindu zaman ketika seorang murobbi sakit dan harus dirawat, 
para binaan patungan mengumpulkan dana apa adanya



Aku rindu zaman itu,



Aku Rindu . . . .




Ya Allah..
Jangan Kau buang kenikmatan berda'wah dari hati-hati kami
Jangan Kau jadikan hidup ini hanya erjalan di tempat yang sama

(alm KH.RAhmat Abdullah, Alllahu Yarhamhu)

~Semoga kita dapat 'kembali' ke *zaman itu* .amiin.~
Read more...
separador

Thursday, December 16, 2010

Kisah Gadis Kecil yang Shalihah

Oleh : Ummu Mariah Iman Zuhair
Sumber: Majalah Qiblati edisi 4 Tahun 3

Aku akan meriwayatkan kepada anda kisah yang sangat berkesan ini, seakan-akan
anda mendengarnya langsung dari lisan ibunya.

Berkatalah ibu gadis kecil tersebut:
Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam
tidurnya. Ia melihat banyak burung pipit yang terbang di angkasa. Di antara
burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang
jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi
tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah
anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa.
Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang
takwil mimpi tersebut.

Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang
gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak
kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian
pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku
mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok
tersebut.

Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah
dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat
murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta
walimah. Dia adalah seorang gadis yang perpegang teguh dengan agamanya, sangat
cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia
sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat
sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yang
ma’ruf, dan senantiasa menjaga hijabnya.

Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu
kami yang berkebangsaan Srilangka.

Ibu Afnan melanjutkan ceritanya:

Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang
pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan.
Ia beragama Nasrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak
muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata: “Wahai ummi, bagaimana dia
akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat
adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan
melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai
pembantu kita!!”

Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut
amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku
dengan penuh kegembiraan seraya berkata: “Mama, aku sekarang menjadi seorang
muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan
kepadaku tentang Islam.” Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.

Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta
pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan
ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya
setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai
pamannya tersebut.

Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang
menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Setiap
orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang
kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari
kami selama ini?

Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami
ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan
rasa sakit tersebut dan berkata: “Sakit ringan di kakiku.” Sebulan setelah itu
dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: “Sakit ringan,
akan segera hilang insya Allah.” Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan.
Kamipun membawanya ke rumah sakit.

Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu
ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku,
ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang
perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.

Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia
akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan
alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan,
saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata:
“Alhamdulillah… alhamdulillah… alhamdulillah.” Akupun mendekatkan dia di dadaku
sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: “Wahai ummi, alhamdulillah,
musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku.”

Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat
kepadanya dengan tercengang!!

Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan
imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat
terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjamah dan para
perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!

Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.

Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan
menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan.
Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar
memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya
berkata: “Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai
rambut dari kepalaku.”

Kami (aku, suamiku dan Afnan) pergi untuk yang pertama kalinya ke Amerika dengan
pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter
wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa
berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: “Apakah
engkau seorang muslimah?” Dia menjawab: “Tidak.”

Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar
yang kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan. Setelah itu
dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi
linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di
Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. Dan di sini datang
seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui
tangannya.

Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi
kakinya, karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru
dan akan mematikannya. Akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap
amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orang tuanya.

Pada suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger.
Afnan bertanya kepadanya: “Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan
menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?” Maka dia mencoba untuk
menenangkannya, dan bahwa mungkin bagi mereka untuk memasang kaki palsu sebagai
gantinya.

Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: “Aku tidak memperdulikan kakiku, yang
aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam
keadaan sempurna.” Temanku tersebut berkata: “Sesungguhnya setelah jawaban
Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan. Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh
pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan
fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati.”

Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker
telah menyerang paru-paru!!

Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas
ranjang, dan di sisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol
tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.

Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan, dan keadaannya seperti orang yang
koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya,
kemudian meminta air, kemudian wudhu’ dan shalat, tanpa ada seorangpun yang
membangunkannya!!

Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mengabari kami bahwa tidak ada gunanya
lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Maka
memungkinkan bagi kami untuk membawanya ke rumah. Aku ingin dia menghabiskan
hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.

Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara
dengannya.

Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada
di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut
kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan.
Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu
lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang
kulihat membuatku tercengang.

Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya
di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum. Dia berkata:
“Ummi, kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat.”
Kukatakan: “(Mimpi) yang baik Insya Allah.” Dia berkata: “Aku melihat diriku
sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang
lebar. Engkau, dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya
berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi.”

Akupun bertanya kepadanya: “Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu
tersebut.” Dia menjawab: “Aku menyangka, bahwasannya aku akan meninggal, dan
mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan
berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas
perpisahanku.” Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku
menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku,
setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.

Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku, dan ibuku. Saat itu Afnan
berbaring di atas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: “Ummi,
mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu.” Maka diapun menciumku. Kemudian dia
berkata: “Aku ingin mencium pipimu yang kedua.” Akupun mendekat kepadanya, dan
dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata
kepadanya: “Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah.”

Maka dia berkata: “Asyhadu alla ilaaha illallah.”

Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: “Asyhadu allaa
ilaaha illallaah.” Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata:
“Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah.” Dan
keluarlah rohnya.

Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kasturi
selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, keluargaku takut akan terjadi
sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma
lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku
katakan kecuali alhamdulillahi rabbil ‘aalamin.
Read more...
separador

Friday, October 22, 2010

Rintihan Hati Kecilku

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Yaa Rabbi, jalan ini memang jalan panjang yang penuh onak dan duri..

Jalan ini memang jalan panjang yang takkan pernah Kau biarkan tuk dilalui oleh orang-orang yang hanya mengejar balasan duniawi

Jalan ini memang jalan panjang yang Engkau jadikan sebagai tolak ukur bagi hamba-hamba-Mu yang benar-benar menyerahkan seluruh jiwa dan raganya tuk Engkau kasihi

Betapa bahagianya mereka yang dapat terus bertahan hingga ajal menjemputnya

Betapa bahagianya mereka yang tetap tersenyum dengan segala ujian yang mengiringi perjuangannya
Betapa bahagianya mereka yang dengan ikhlas mengorbankan segalanya

"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu"
(Qs. Muhammad: 7)

Allah tidak akan memberikan cobaan kepada hamba-hamba-Nya di luar batas kesanggupan hamba tersebut

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar."
(Qs. At Taubah: 111)

Yaa Rabbi, aku serahkankan diri ini kepada-Mu...

Faghfirlii yaa Rabb,

Ampuni hamba yang sering kali lalai
Yang sering kali mengabaikan perintah-Mu
Yang sering kali mendustakan nikmat yang Engkau beri

Betapa lemah diri ini
Betapa hina diri ini
Betapa aku ingin selalu berdekatan dengan-Mu
Meninggalkan semua yang Engkau benci
Meninggalkan semua yang Engkau murkai
Meninggalkan semua yang membuat hati ini mati

Yaa Rahiim, hamba mohon kepada-Mu

Tunjukilah jalan kebaikan, jalan kebenaran, jalan orang-orang beriman

kepada hamba, kepada orang tua hamba, kepada nenek hamba, kepada kakak hamba, kepada adik-adik hamba, kepada sepupu-sepupu hamba, kepada om, bulek, paklek, budek, pakdek hamba, kepada mutarabbi-mutarabbi hamba, kepada sahabat-sahabat hamba, kepada seluruh umat muslim yang ada di dunia

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)."

(Qs. Ali 'Imran: 8)

Betaba bahagianya diri ini, jika Engkau mengizinkan kami untuk bertemu dan bersatu kembali di syurga-Mu, berjumpa dengan rasu-rasul-Mu dan Engkau izinkan untuk melihat wajah-Mu..

Tak kan ada yang dapat menggantikan kebahagiaan itu, meski seluruh isi langit dan bumi Engkau takdirkan tuk menjadi milik hamba sekalipun

Yaa Malik, hamba rindu kepada-Mu...


[seorang hamba yang ingin kembali merasakan nikmatnya bermesraan dengan Tuhannya]
Read more...
separador

Tuesday, August 31, 2010

Al Qur'an Al Karim

Read more...
separador

Monday, August 9, 2010

Dakwah Tidak Dapat Dipikul Orang Manja

Perjalanan dakwah yang kita lalui ini bukanlah perjalanan yang banyak ditaburi kegemerlapan dan kesenangan. Ia merupakan perjalanan panjang yang penuh tantangan dan rintangan berat.

Telah banyak sejarah orang-orang terdahulu sebelum kita yang merasakan manis getirnya perjalanan dakwah ini. Ada yang disiksa, ada pula yang harus berpisah kaum kerabatnya. Ada pula yang diusir dari kampung halamannya. Dan sederetan kisah perjuangan lainnya yang telah mengukir bukti dari pengorbanannya dalam jalan dakwah ini. Mereka telah merasakan dan sekaligus membuktikan cinta dan kesetiaan terhadap dakwah.

Cobalah kita tengok kisah Dzatur Riqa’ yang dialami sahabat Abu Musa Al Asy’ari dan para sahabat lainnya –semoga Allah swt. meridhai mereka-. Mereka telah merasakannya hingga kaki-kaki mereka robek dan kuku tercopot. Namun mereka tetap mengarungi perjalanan itu tanpa mengeluh sedikitpun. Bahkan, mereka malu untuk menceritakannya karena keikhlasan dalam perjuangan ini. Keikhlasan membuat mereka gigih dalam pengorbanan dan menjadi tinta emas sejarah umat dakwah ini. Untuk selamanya. Pengorbanan yang telah mereka berikan dalam perjalanan dakwah ini menjadi suri teladan bagi kita sekalian. Karena kontribusi yang telah mereka sumbangkan untuk dakwah ini tumbuh bersemi. Dan, kita pun dapat memanen hasilnya dengan gemilang. Kawasan Islam telah tersebar ke seluruh pelosok dunia. Umat Islam telah mengalami populasi dalam jumlah besar. Semua itu karunia yang Allah Swt. berikan melalui kesungguhan dan kesetiaan para pendahulu dakwah ini. Semoga Allah meridhai mereka.

Duhai saudaraku yang dirahmati Allah Swt.
Renungkanlah pengalaman mereka sebagaimana yang difirmankan Allah swt. dalam surat At-Taubah: 42. Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu. Tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka, mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah, “Jika kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu.” Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. Mereka juga telah melihat siapa-siapa yang dapat bertahan dalam mengarungi perjalanan yang berat itu. Hanya kesetiaanlah yang dapat mengokohkan perjalanan dakwah ini. Kesetiaan yang menjadikan pemiliknya sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian. Menjadikan mereka optimis menghadapi kesulitan dan siap berkorban untuk meraih kesuksesan. Kesetiaan yang menghantarkan jiwa-jiwa patriotik untuk berada pada barisan terdepan dalam perjuangan ini. Kesetiaan yang membuat pelakunya berbahagia dan sangat menikmati beban hidupnya. Setia dalam kesempitan dan kesukaran. Demikian pula setia dalam kelapangan dan kemudahan.

Saudaraku seperjuangan yang dikasihi Allah swt.
Sebaliknya orang-orang yang rentan jiwanya dalam perjuangan ini tidak akan dapat bertahan lama. Mereka mengeluh atas beratnya perjalanan yang mereka tempuh. Mereka pun menolak untuk menunaikannya dengan berbagai macam alasan agar mereka diizinkan untuk tidak ikut. Mereka pun berat hati berada dalam perjuangan ini dan akhirnya berguguran satu per satu sebelum mereka sampai pada tujuan perjuangan. Penyakit WAHN telah menyerang mental mereka yang rapuh sehingga mereka tidak dapat menerima kenyataan pahit sebagai risiko dan sunnah dakwah ini. Malah mereka menggugatnya lantaran anggapan mereka bahwa perjuangan dakwah tidaklah harus mengalami kesulitan. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.” (At-Taubah: 45-46)

Kesetiaan yang ada pada mereka merupakan indikasi kuat daya tahannya yang tangguh dalam dakwah ini. Sikap ini membuat mereka stand by menjalankan tugas yang terpikul di pundaknya. Mereka pun dapat menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Bila ditugaskan sebagai prajurit terdepan dengan segala akibat yang akan dihadapinya, ia senantiasa berada pada posnya tanpa ingin meninggalkannya sekejap pun. Atau bila ditempatkan pada bagian belakang, ia akan berada pada tempatnya tanpa berpindah-pindah. Sebagaimana yang disebutkan Rasulullah saw. dalam beberapa riwayat tentang prajurit yang baik.

Wahai Saudaraku yang dirahmati Allah.
Marilah kita telusuri perjalanan dakwah Abdul Fattah Abu Ismail, salah seorang murid Imam Hasan Al Banna yang selalu menjalankan tugas dakwahnya tanpa keluhan sedikitpun. Dialah yang disebutkan Hasan Al Banna orang yang sepulang dari tempatnya bekerja sudah berada di kota lain untuk memberikan ceramah kemudian berpindah tempat lagi untuk mengisi pengajian dari waktu ke waktu secara maraton. Ia selalu berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain untuk menunaikan amanah dakwah, sesudah menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Ia merupakan orang yang pertama kali datang ke tempatnya bekerja. Malah, ia yang membukakan pintu gerbangnya. Pernah ia mengalami keletihan hingga tertidur di sofa rumah Zainab Al-Ghazali. Melihat kondisi tubuhnya yang lelah dan penat itu, tuan rumah membiarkan tamunya tertidur sampai bangun. Setelah menyampaikan amanah untuk Zainab Al Ghazali, Abdul Fattah Abu Ismail pamit untuk ke kota lainnya. Karena keletihan yang dialaminya, Zainab Al Ghazali memberikan ongkos untuk naik taksi. Abdul Fattah Abu Ismail mengembalikannya sambil mengatakan, “Dakwah ini tidak akan dapat dipikul oleh orang-orang yang manja.” Zainab pun menjawab, “Saya sering ke mana-mana dengan taksi dan mobil-mobil mewah, tapi saya tetap dapat memikul dakwah ini dan saya pun tidak menjadi orang yang manja terhadap dakwah. Karena itu, pakailah ongkos ini, tubuhmu letih dan engkau memerlukan istirahat sejenak.” Ia pun menjawab, “Berbahagialah ibu. Ibu telah berhasil menghadapi ujian Allah swt. berupa kenikmatan-kenikmatan itu. Namun, saya khawatir saya tidak dapat menghadapinya sebagaimana sikap ibu. Terima kasih atas kebaikan ibu. Biarlah saya naik kendaraan umum saja.”

Duhai saudaraku yang dimuliakan Allah swt.
Itulah contoh orang yang telah membuktikan kesetiaannya pada dakwah lantaran keyakinannya terhadap janji-janji Allah swt. Janji yang tidak akan pernah dipungkiri sedikit pun. Allah swt. telah banyak memberikan janji-Nya pada orang-orang yang beriman yang setia pada jalan dakwah berupa berbagai anugerah-Nya. Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an.
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)-mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Al-Anfal: 29). Dengan janji Allah swt. tersebut, orang-orang beriman tetap bertahan mengarungi jalan dakwah ini. Dan mereka pun tahu bahwa perjuangan yang berat itu sebagai kunci untuk mendapatkannya. Semakin berat perjuangan ini semakin besar janji yang diberikan Allah swt. kepadanya. Kesetiaan yang bersemayam dalam diri mereka itulah yang membuat mereka tidak akan pernah menyalahi janji-Nya. Dan, mereka pun tidak akan pernah mau merubah janji kepada-Nya.

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya)." (Al Ahzab: 23)

Wahai ikhwah kekasih Allah swt.
Pernah seorang pejuang Palestina yang telah berlama-lama meninggalkan kampung halaman dan keluarganya untuk mencari dukungan dunia dan dana diwawancarai. “Apa yang membuat Anda dapat berlama-lama meninggalkan keluarga dan kampung halaman?” Jawabnya, karena perjuangan. Dan, dengan perjuangan itu kemuliaan hidup mereka lebih berarti untuk masa depan bangsa dan tanah airnya. “Kalau bukan karena dakwah dan perjuangan, kami pun mungkin tidak akan dapat bertahan,” ungkapnya lirih.

Wahai saudaraku seiman dan seperjuangan.
Aktivis dakwah sangat menyakini bahwa kesabaran yang ada pada dirinyalah yang membuat mereka kuat menghadapi berbagai rintangan dakwah. Bila dibandingkan apa yang kita lakukan serta yang kita dapatkan sebagai risiko perjuangan di hari ini dengan keadaan orang-orang terdahulu dalam perjalanan dakwah ini, belumlah seberapa. Pengorbanan kita di hari ini masih sebatas pengorbanan waktu untuk dakwah. Pengorbanan tenaga dalam amal khairiyah untuk kepentingan dakwah. Pengorbanan sebagian kecil dari harta kita yang banyak. Dan bentuk pengorbanan ecek-ecek lainnya yang telah kita lakukan. Coba lihatlah pengorbanan orang-orang terdahulu, ada yang disisir dengan sisir besi, ada yang digergaji, ada yang diikat dengan empat ekor kuda yang berlawanan arah, lalu kuda itu dipukul untuk lari sekencang-kencangnya hingga robeklah orang itu. Ada pula yang dibakar dengan tungku yang berisi minyak panas. Mereka dapat menerima resiko karena kesabaran yang ada pada dirinya. Kesabaran adalah kuda-kuda pertahanan orang-orang beriman dalam meniti perjalanan ini. Bekal kesabaran mereka tidak pernah berkurang sedikit pun karena keikhlasan dan kesetiaan mereka pada Allah swt.

"Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar." (Ali Imran: 146)

Bila kita memandang kehidupan generasi pilihan, kita akan temukan kisah-kisah brilian yang telah menyuburkan dakwah ini. Muncullah pertanyaan besar yang harus kita tujukan pada diri kita saat ini. Apakah kita dapat menyemai dakwah ini menjadi subur dengan perjuangan yang kita lakukan sekarang ini ataukah kita akan menjadi generasi yang hilang dalam sejarah dakwah ini?

Ingat, dakwah ini tidak akan pernah dapat dipikul oleh orang-orang yang manja. Militansi aktivis dakwah merupakan kendaraan yang akan menghantarkan kepada kesuksesan. Semoga Allah menghimpun kita dalam kebaikan. Wallahu’alam.

sumber: http://www.dakwatuna.com/2007/dakwah-tidak-dapat-dipikul-orang-manja/
Read more...
separador

Sunday, May 30, 2010

Rayuan Rindu

Album : Puji-Pujian
Munsyid : Raihan


Hatiku merayu rindu
Kasihku padaMu syahdu
Munajat hamba padaMu
Mengharap kasih sayangMu

Carilah ilmu mengenal Allah
Tanamkan takut neraka Allah
Sampaikan harap surga Allah
Carilah keridhoan Allah

Rinduku ya Rasulullah
Padamu ya Habibullah
Walau tak pernah bersua
Cintaku tetap membara

Rinduku ya Rasulullah
Padamu ya Habibullah
Engkaulah buah hatiku
Engkaulah kekasih Allah

Alangkah indah pribadimu
Tidak tergambar mulia akhlaqmu
Engkaulah rasul pilihan Allah
Kaulah rahmat seluruh alam

My heart is loving You
My heart is just for You
Knowing You Allah
I will try to get close to You

Let us find the way to know God
Feel the torches of hell-fire
Think of pleasures of paradise
Find the way to get Allah's love

Hatiku merayu rindu
Kasihku padaMu syahdu
Bertemu Allah yang esa
Menjadi idaman kalbu
Read more...
separador

Aqidah Islam

TUJUAN :

· Peserta memahami makna aqidah secara bahasa dan istilah  
· Peserta memahami hubungan iman kapada Allah dengan aqidah Islam  
· Peserta memahami standar nilai aqidah Islam  
· Peserta memahami makna dan jenis tauhid  



RINCIAN BAHASAN
   Secara bahasa : 'Aqdun-'Aqooid berarti akal atau ikatan. Maksudnya yaitu ikatan yang mengikat manusia dengan aturan-aturan Allah dan nilai-nilai Islam. Sedangkan secara istilah : Aqidah ialah suatu yang wajib diyakini atau diimanai tanpa keraguan, diikrarkan dengan lisan dan diwujudkannya dalam amal perbuatan sehari-hari.
   Aqidah meerupakan motor penggerak dan otak dalam kehidupan manusia sehingga apabila terjadi sedikit penyimpangan padanya, maka menimbulkan penyelewengan dari jalan yang lurus pada gerakan dan langkah yang dihasilkan.
   Aqidah bagaikan pondasi bangunan. Dia harus dirancang dan dibangun terlebih dahulu sebelum merancang dan membangun bagian yang lain.Kualitas pondasi yang dibangun akan berpengaruh terhadap kualitas bangunan yang ditegakkan. Bangunan yang ingin dibangun itu sendiri adalah Islam yang sempurna (kamil), menyeluruh (syamil) dan benar (shohih).
   Aqidah merupakan misi dawah yang dibawa oleh Rasul Allah yang pertama sampai dengan yang terakhir yang tidak berubah-ubah karena pergantian zaman dan tempat, atau karena perbedaan golongan atau masyarakat (QS.42:13) (Aqidah Islam, Sayyid Sabiq, hal.18)
   Hal-hal pokok yang terutama harus diyakini seseorang yang beriman adalah tentang eksistensi dan kebenaran Allah, kebenaran Islam dan kebenaran janji serta ancaman Allah (QS.4:136;21:25;16:35). Semakin kokoh keyakinan seseorang, maka akan semakin baik pula ibadah dan akhlaknya, karena aqidah bukan sekedar kepercayaan kepada Allah. Iman adalah keyakinan akan kemahasempurnaan Allah yang menumbuhkan keberanian dan kesiapan untruk mengatur hidup sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Aqidah harus menjelma menjadi sesuatu yang nyata - bukan sekadar hapalan tentang ilmu aqidah - dalam kehidupan.
   Al-Quran telah mengungkapkan aqidah dengan "iman" dan syariat dengan "amal shaleh (perbuatan yang baik)", seperti yang tersebut dalam QS.18:107-108 dan QS.16:97. Karena iman itu letaknya di hati, maka hati merupakan standar penilaian aqidah yang akan menentukan tempat kita di akhirat nanti (QS.26:88-89). Selain itu di dalam sebuah hadits dikatakan : "Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa atau bentuk kamu, tidak juga kepada jasadmu, tetapi ia melihat kepada hati dan perbuatanmu."
   Memahami aqidah dimulai dari tauhid (QS.112:1-4).Tauhid berasal dari kata wahhada yang berarti menjadikan satu. Tauhidullah merupakan dasar dari iman kepada Allah. Setiap muslim wajib menghayati hakikat tauhid yang diperintahkan Allah sebab dia merupakan landasan agama-Nya. Penerimaan tauhid menjadi penyebab keselamatan hidup manusia di dunia dan di akhirat dan mendapatkan imbalan syurga.

Jenis tauhid
1. Tauhid uluhiyah  

· Tauhid uluhiyah adalah pengesaan Allah dalam peribadatan, kepatuhan, kecintaan, ketakutan, dan ketaatan secara mutlak. Tidak menghambakan diri kepada selain Allah dan tidak pula mempersekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain baik yang ada di bumi maupun di langit.  

2. Tauhid rububiyah  

· Tauhid rububiyah adalah keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta semua makhluk dan penguasa seluruh alam. Pada hakikatnya tauhid rububiyah menuntut adanya tauhid uluhiyah. Keyakinan terhadap tauhid rububiyah saja dan bahkan sengaja membuat aturan menentang serta membuat tandingan-tandingan selain Allah, maka tauhid ini tidak memberi manfaat sedikitpun.Bahkan dia telah berada di wilayah kemusyrikan (QS.10:106).  

3. Tauhid asma dan sifat Allah  

· Allah memiliki 99 asmaul husna (nama yang baik) dan sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh selain-Nya. Semuanya itu harus diyakini dengan sepenuh hati.  



DISKUSI
1. Ada seorang muslim yang sangat pemurah dan baik hati kepada setiap orang, tetapi ia tidak pernah shalat. Prinsipnya yaitu bahwa kebaikan-kebaikannya itu nanti tetap akan sampai kepada Allah. Bagaimana pendapatmu?  
2. Adalagi orang yang rajin shalat dan puasa tetapi ia suka pergi ke dukun. Bagaimana menurutmu?  



REFERENSI
· DR.Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Buraikan, Pengantar Studi Aqidah Islam.  
· Aqidah Seorang Muslim, Al-Ummah  
· Sayyid Sabiq, Aqidah Islam, Pola Hidup Manusia Beriman, C.V.Diponegoro.
Read more...
separador

Ikhlassunniyah

TUJUAN :
· Peserta memahami makna ikhlassunniyah baik secara bahasa maupun istilah  
· Peserta memahami pentingnya ikhlassunniyah dalam beramal  
· Peserta mengetahui cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas  



RINCIAN BAHASAN
   Secara bahasa ikhlas berasal dari kata khalasha yang berarti bersih/murni. Sedangkan niat berarti al-qoshdu artinya, maksud atau tujuan. Ikhlassunniyah berarti membersihkan maksud dan motivasi kepada Allah dari maksud dan niat lain. Hanya mengkhususkan Allah azza wajalla sebagai tujuan dalam berbuat. Allah telah memerintahkan kita untuk ikhlas dalam beramal dan beribadah kepadanya seperti yang tercantum dalam QS.98:5; 7:29; 18:110.

Pentingnya Ikhlassunniyah
1. Merupakan ruhnya amal karena seperti badan yang tidak ada ruhnya, maka tanpa ikhlas amal; sebagus apapun tidak ada artinya.  

2. Salah satu syarat diterimanya amal. "Allah azza wajalla tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari keridhoannya semata" (HR. Abu Daud dan Nasai)  
3. Syarat diterimanya amal atau perbuatan:  

· Bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya  
· Ikhlas dalam berniat  
· Sesuai dengan syariat Islam(al-Qur'an dan Sunnah)  

4. Penentu nilai/kualitas suatu amal (QS.4:125),"Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niat, dan bahwasanya bagi tiap-tiap orang apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrah menuju ridho Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah kepada dunia (harta atau kemegahan dunia) atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya."(HR.Bukhari- Muslim)  
5. Mendatangkan berkah dan pahala dari Allah (QS.2:262; 4:145-146).  


Cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas
1. Mengetahui arti keikhlasan dan urgensinya dalam beramal  
2. Menambah pengetahuan tentang Allah swt dan hari kiamat. Dengan mengetahui ilmu tentang-Nya, maka seseoang mengenal Allah swt dengan sebenar-benarnya tentulah tidak akan berani berbuat syirik (menyekutukan Allah dengan selain-Nya di dalam niatnya). Ia juga akan mempertimbangkan amal-amalnya dan balasannya nanti di akhirat.  
3. Memperbanyak membaca/berinteraksi dengan al-Qur'an, karena al-Quran adalah penyembuh dari segala penyakit dalam dada (QS.10:57) termasuk penyakit riya, ujub, dan sum'ah.  
4. Memperbanyak amal-amal rahasia, sehingga kita terbiasa untuk beramal karena Allah semata tanpa diketahui orang lain.  
5. Menghindari / mengurangi saling memuji, karena dengan pujian terkadang orang jadi lalai hatinya dan menjadi sombong.  
6. Berdoa, dengan tujuan agar selalu diberi keikhlasan dan dijauhi dari syirik. Doa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw : "Allahumma innii a'udzubika annusyrikabika syaian a'lamuhu wa astaghfiruka lima laa a'lamuhu." (Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari syirik kepada-Mu dalam perbuatan yang aku lakukan dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa yang tidak aku ketahui.)  


DISKUSI
Suatu ketika di sebuah kereta, Amin akan memberikan infaq kepada pengurus masjid yang mengumpulkannya lewat kotak-kotak yang disodorkan kepada para penumpang. Ketika kotak itu hampir mendekati tempat duduknya, ia mengurungkan niatnya memberikan infaq, karena takut riya kepada orang-orang di sekitarnya. Bagaimana menurut pendapatmu? Tepatkah yang dilakukan Amin tersebut?


REFERENSI
· Imam al-Ghazali,Ibnu Razab al-Hambali,dan Ibnu Qoyyim al-Jauziyah,Pembersih Jiwa, Pustaka.  
· Ibnu Taimiyah, Etika beramar ma'ruf nahi munkar,GIP.  
· Panduan Aktivis Harokah,hal.42,al-ummah.  






"Meninggalkan AMAL karena manusia adalah riya.
Beramal karena manusia adalah syirik.
IKHLAS beramal adalah yang selamat dari keduanya."
(Fudhail bin 'Iyadh)
Read more...
separador

Tawazun

TUJUAN :

· Peserta memahami makna dan hakikat tawazun  
· Peserta mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri manusia dan kebutuhan-kebutu-hannya  
· Peserta mengetahui contoh-contoh manusia yang tidak tawazun  



RINCIAN BAHASAN
   Tawazun artinya seimbang. Allah telah mengisyaratkan agar kita hidup seimbang, sebagaimana Allah telah menjadikan alam beserta isinya berada dalam sebuah keseimbangan. (QS.67:3)
   Manusia dan agama Islam kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai dengan fitrah yang telah Allah tetapkan. Mustahil Allah menciptakan agama Islam untuk manusia yang tidak sesuai dengan fitrah tersebut (QS.30:30). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memilki naluri beragama (agama tauhid : al-Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah karena pengaruh lingkungan (Hadits,"Tiap bayi terlahir dalam keadaan fitrah (Islam) orangtuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi.").
   Sesuai dengan fitrah Allah,manusia memiliki tiga potensi, yaitu al-jasad (jasmani), al-aql (akal), dan ar-ruh (ruhani). Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS.55:7-9.

   Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-masing, yaitu sbb :

1. Jasmani
   Jasmani atau fisik adalah amanah dari Allah swt,karena itu harus kita jaga . Dalam sebuah hadits dikatakan ,"Mu'min yang kuat itu lebih baik atau disukai Allah daripada mu'min yang lemah."(HR.Muslim), maka jasmani pun harus dipenuhi kebutuhannya agar menjadi kuat. Kebutuhannya adalah makanan, yaitu makanan yang halalan thoyyiban (halal dan baik) (QS.80:24,2:168), beristirahat (QS.78:9), kebutuhan biologis (QS.30:20-21) dan hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.

2. Akal
   Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akal. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu mengenali hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan baginya supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardhi (wakil Allah di atas bumi) (QS.2:30;33:72). Kebutuhan akal adalah ilmu (QS.3:190) untuk pemenuhan sarana kehidupannya.

3. Ruh (hati)   
   Kebutuhannya adalah dzikrullah (QS.13:28;62:9-10). Pemenuhan kebutuhan ruhani sangat penting, agar ruh/jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.

   Dengan keseimbangan, manusia dapat meraih kebahagiaan hakiki yang merupakan ni'mat Allah, karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya. Untuk skala ketawazunan akan menempatkan umat Islam menjadi umat pertengahan / ummatan wasathon (QS.2:143), yaitu umat yang seimbang.

Kebahagiaan pada diri manusia itu dapat berupa:
· Kebahagiaan bathin/jiwa, dalam bentuk ketenangan jiwa (QS.13:28)  
· Kebahagiaan dzahir/gerak, dalam bentuk kesetabilan, ketenangan ibadah, bekerja dan aktivitas lainnya.  

   
Dengan menyeimbangkan dirinya, maka manusia tersebut tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri ni'mat Allah. Hamba/manusia seperti inilah yang disebut manusia seutuhnya.

Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun
· Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya bersandar pada akal (rasio sebagai dasar).  
· Manusia Materialis: mementingkan masalah jasmani/materi saja.  
· Manusia Pantheis (kebatinan): bersandar pada hati/batinnya saja.  



DISKUSI
1. Banyak artis yang hidup dengan kemewahan, namun akhirnya dia mati bunuh diri akibat over dosis obat-obatan terlarang (NAZA). Menurut kamu, apa sebenarnya arti kebahagiaan itu?  
2. Sejujurnya, apakah kamu selama ini sudah hidup seimbang?  
3. Coba diskusikan dengan temanmu, usaha-usaha apa saja yang sudah dan akan kamu lakukan agar hidup kamu seimbang?  



REFERENSI
· Al-Qadiry, Seimbanglah dalam Beragama,Jakarta:GIP  
Read more...
separador

Total Pageviews

Followers

Entri Populer