#GazaUnderAttack

Powered by Blogger.

Tausiyah

Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- : Abu ‘Amrah, Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata : Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguh (istiqomahlah. (Riwayat Muslim)

"Tugas kita adalah menyalakan lilin, bukan mencela kegelapan" Anis Matta (Barang kali kita memang tidak bisa mengubah keadaan, tetapi bukankah kita bisa mengubah sikap dalam menghadapinya..)

"Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk” (QS. Al-Kahfi:13)

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 208)

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong pada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia)."(QS. Ali Imran : 8)

Twitter

#SavePalestine



Live Traffic Map

Live Traffic Feed

loading...

Tuesday, December 15, 2009

--Teladan Pemuda Muslim Kontemporer--

Pemuda dalam sejarah,

Ada banyak kisah yang membuktikan peran postif pemuda dalam sejarah. Sebelum zaman Nabi Muhamad saw, tercatat ashabul kahfi, tujuh pemuda yang memiliki kekuatan aqidah (QS. Al-Kahfi : 9 -10), ada pula ashabul uhdud, pemuda yang rela berkorban, untuk menyebarkan risalah Allah swt (Tafsir QS. Al-Buruuj), Nabi Ibrahim as yang melawan status quo, dengan kecerdasan dan jiwa fitrahnya (QS. Al-anbiyaa : 51-56), pemuda yang menemani perjalanan Nabi Musa as saat belajar pada Nabi Khidr as (QS.Al-kahfi : 60),begitupun nabi-nabi lainnya, sebagaimana keterangan dari Ibnu Abbas r.a.

“Tak ada seorang nabi pun yang diutus Allah swt, melainkan ia dipilih di kalangan pemuda saja (yakni 30-40 tahun). Begitu pula tidak seorang ‘Alim pun yang diberi ilmu, melainkan ia (hanya) dari kalangan pemuda”.



Kemudian Ibnu Abbas membaca firman Allah swt: “Mereka berkata: Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim ( QS. Al Anbiyaa:60, Tafsir Ibnu Katsir III/183).

Juga pada zaman Nabi Muhammad saat terjadi perdebatan tentang siapa yang berhak memindahkan hajar aswad, maka pemuda yang bernama Muhammad lah yang memiliki solusi kreatif, dengan menggunakan kain, yang di pegang oleh perwakilan tiap kabilah.

Junjungan kita Nabi Muhammad SAW tatkala diangkat menjadi Rasul, beliau juga baru berusia empat puluh tahun. Pengikut-pengikut beliau yang merupakan generasi pertama, kebanyakan juga dari kalangan pemuda, bahkan ada yang masih kecil atau belum dewasa. Usia para pemuda Islam yang mendapatkan tarbiyah pertama di Daarul Arqaam, pada tahap pengkaderan adalah sebagai berikut :


Ali bin Ali Thalib, paling muda di antara mereka, usianya saat masuk Islam baru 8 tahun
Az Zubair bin Al 'Awwam, sama dengan Ali yaitu 8 tahun
Thalhah bin Ubaidillah, 11 tahun
Al Arqam bin Abil Arqaam, 12 tahun
Abdullah bin Mas'ud, 14 tahun
Sa'ad bin Abi Waqqaas, 17 tahun
Su'ud bin Rabi'ah, sama dengan Sa'ad, yaitu 17 tahun
Abdullah bin Mazh'un, juga berusia 17 tahun
Ja'far bin Abi Thalib, 18 tahun
Qudaamah bin Mazh'un, 19 tahun
Sa'id bin Zaid, berusia di bawah 20 tahun
Suhaib Ar Rumi, juga berusia di bawah 20 tahun
Assa'ib bin Mazh'un, kira-kira 20 tahun
Zaid bin Haritsah, sekitar 20 tahun
'Usman bin 'Affan, sekitar 20 tahun
Tulaib bin 'Umair, sekitar 20 tahun
Khabab bin Al Art, juga sekitar 20 tahun
'Aamir bin Fahirah, 23 tahun
Mush'ab bin 'Umair, 24 tahun
Al Miqdad bin Al Aswad, seperti Mush'ab 24 tahun
Abdullah bin Al Jahsy, 25 tahun
Umar bin Al Khaththab, 26 tahun
Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, 27 tahun
'Utbah bin Ghazwaan, juga 27 tahun
Abu Hudzaifah bin 'Utbah, sekitar 30 tahun
Bilal bin Rabah, sekitar 30 tahun
'Ayyasy bin Rabi'ah, kira-kira 30 tahun
'Amir bin Rabi'ah, sekitar 30 tahun
Nu'aim bin Abdillah, hampir 30 tahun
'Usman bin Mazh'un, kira-kira 30 tahun
Abu Salamah, Abdullah bin 'Abdil Asad Al Makhzumi, sekitar 30 tahun
Abdurrahman bin 'Auf, juga 30 tahun
Ammar bin Yasir, antara 30-40 tahun
Abu Bakar Ash Shiddiq, 37 tahun
Hamzah bin Abdil Muththalib, 42 tahun
'Ubaidah bin Al Harits, paling tua di antara semua sahabat, 50 tahun.
Bahkan Usamah bin zaid telah memimpin pasukan perang saat berusia 18 tahun.

Dalam sebuah riwayat di ceritakan oleh Abdurrahman bin Auf “Ketika aku tengah berdiri dalam barisan pada hari perang Badar, aku menoleh ke kiri dan ke kanan, ternyata aku diapit oleh dua orang anak muda Ansar yang masih belia. Lalu aku berangan-angan mengharap agar aku berada di tengah prajurit yang lebih kuat dari mereka. Kemudian salah seorang dari mereka mengisyaratkan dengan kedipan mata kepadaku dan bertanya: Wahai paman, apakah kamu mengenali Abu Jahal? Aku menjawab: Ya, tapi apakah urusanmu dengan dia, wahai anak muda? Dia menjawab: Aku diberitahu bahwa ia pernah menghina Rasulullah saw. Demi Tuhan Yang jiwaku berada di tangan-Nya, bila aku melihatnya, maka aku tidak akan melepaskannya sehingga salah seorang di antara kami ada yang mati terlebih dahulu. Aku kagum sekali dengan keberanian anak muda itu. Lalu pemuda yang satu lagi mengedipkan mata juga kepadaku dan mengatakan hal yang serupa. Tidak lama kemudian aku telah melihat Abu Jahal bergerak di tengah-tengah kecamuk perang, lalu aku bertanya: Tidakkah kalian berdua telah melihat musuh yang kalian tanyakan tadi? Lalu mereka berdua segera berlomba-lomba ke arah Abu Jahal, lalu menikam dengan pedang sehingga mereka berdua berhasil membunuhnya. Mereka berdua kemudian balik menemui Rasulullah saw. untuk memberitahukan beliau. Rasulullah saw. lalu bertanya: Siapakah di antara kamu berdua yang telah membunuhnya? Keduanya menjawab: Akulah yang telah membunuhnya! Rasulullah saw. bertanya lagi: Apakah kalian berdua telah membersihkan pedang? Mereka menjawab: Tidak! Rasulullah pun segera memeriksa pedang mereka, lalu bersabda: Kamu berdua telah membunuhnya. Namun Rasulullah saw. memutuskan harta rampasan dari Abu Jahal untuk Mu`adz bin Amru bin Jamuh. Dan dua orang pemuda itu adalah Mu`adz bin Amru bin Jamuh dan Mu`adz bin Afra’.” (Shahih Muslim No.3296)

Begitulah dalam setiap kebangkitan sejarah, selalu ada peran pemuda, seperti Hasan al Banna, mendirikan jama’ah Ikhwanul Muslimin di Mesir, saat berusia 23 tahun. Gerakan intifadhah palestina melawan Zionis Israel, juga di dukung para pemuda, seperti Yahya Ayash, dan rekan-rekannya, bahkan anak-anak kecil senantiasa berangkat menuju sekolahnya dengan berbekalkan batu-batu. Sebagaimana dalam sejarah di Indonesia, baik pada saat perjuangan kemerdekaan, maupun setelah proklamasi kemerdekaan. Seperti kebangkitan nasional, sumpah pemuda, reformasi, dan sampai saat ini, tak terlepas dari peran penting pemuda.

Realitas pemuda hari ini,

Kehebatan potensi masa muda yang di gambarkan dalam Al-Quran dan sunnah, juga yang di catat dalam tinta emas sejarah, ternyata hari ini, telah mengalami berbagai kemunduran. Fakta di lapangan banyak menjelaskannya, seperti data dari BNN (Badan Narkotika Nasional), yang mencatat keterlibatan remaja dan pemuda dalam berbagai kasus Narkoba. Dari data terlihat bahwa dari tahun ke tahun keterlibatan pemuda terus meningkat dengan penyebaran wilayah kasus yang terus meluas, dari kota-kota besar hingga ke kota dan desa kecil di pelosok-pelosok kampung. Ironisnya pula, keterlibatan pemuda ini rata-rata masih berada di bangku sekolah, mulai dari SD hingga Perguruan Tinggi. Tercatat bahwa keterlibatan pelajar SMA lebih besar dibanding dengan pelajar sekolah lainnya. Sementara itu, banyak pemuda yang berprofesi sebagai PNS, Polri, swasta, tani, buruh dan sebagainya juga memiliki presentase keterlibatan Narkoba yang tidak kecil. Dari berbagai profesi itu, pengangguranlah yang memiliki keterlibatan paling besar terhadap narkoba, yaitu 21.690 kasus terhitung sejak 2001 hingga 2006. Dan pengangguran yang meningkat setiap tahun (pada tahun 2006 menurut Survey Tenaga Kerja Nasional sebesar 10,45%), ternyata 62% adalah pemuda.

Selain narkoba, maraknya budaya permisifisme dan hedonisme, dapat kita lihat dari hasil penelitian Synovate di empat kota; Jakarta, Bandung, Medan dan Surabaya (lihat Republika, edisi 11 Maret 2006). Dari 450 responden putra-putri usia 15-24 tahun di temukan kenyataan yang sangat mencengangkan. Robby Susatyo—Manager Director Synovate—mengemukakan data berikut ini: 1) Sekitar 16 % remaja di empat kota itu mengaku sudah berhubungan intim saat berusia antara 13-15 tahun. 2) 44 % responden lainnya mengaku mulai ‘mencicipi’ seks sejak usia 16-18 tahun. Sampai disini kita dapat menghitung bahwa 50 % responden mengaku telah berhubungan seks saat mereka belum lagi lepas akil baligh. 3) Sekitar 35 % responden mengaku mengenal seks pertama kali dari film porno. Sisanya mengaku mengetahui seks dari pengalaman sesama teman. 4) 40 % responden mengaku pertama kali melakukan hubungan seks di rumah mereka; 26 % mengaku senang melakukannya di tempat kos; 26 % lainnya senang melakukannya di kamar hotel.

Lebih khusus di kota Bandung, data dari LSM Mitra Citra Remaja, menyebutkan data konseling tahun 2001-2006, dari 18084 kasus konsultasi yang diakses melalui berbagai layanan, 4945 remaja meminta informasi seputar seksualitas, 980 remaja melakukan hubungan seksual pranikah, 196 remaja mempertanyakan tentang virginitas, 3752 remaja melakukan aktivitas yang mengarah pada hubungan seksual, 17 orang remaja HIV/AIDS, 27 orang remaja tertular penyakit menular seksual dan 47 orang remaja yang sudah melakukan aborsi. Usia terbanyak dari remaja yang sering melakukan konsultasi adalah 15-24 tahun dan didominasi oleh perempuan. Dan masih banyak fakta yang menunjukan kemunduran pemuda, seperti tawuran, geng motor yang merusak, pencurian, dan seterusnya.

Membangkitkan Pemuda

Mengapa pemuda yang di harapkan sebagai pemimpin masa depan, pengisi pembangunan, penggerak masyarakat, dengan segala kelebihannya, menjadi demikian mundur? bila kondisi ini terus berlanjut, maka ketertinggalan bangsa akan semakin jauh, kebobrokan sebagian para pemimpin, akan terus bergulir, dan kehancuran hanya menunggu giliran. Memperbaiki bangsa, masyarakat atau umat, berarti memperbaiki pemudanya, dan salah satu kunci perbaikan pemuda adalah pembinaan.

Menurut Hasan Al-Banna, perbaikan suatu umat tidak akan terwujud kecuali dengan perbaikan individu, yang dalam hal ini adalah pemuda. Perbaikan individu (pemuda) tidak akan sukses kecuali dengan perbaikan jiwa. Perbaikan jiwa tidak akan berhasil kecuali dengan pendidikan dan pembinaan. Yang dimaksud dengan pembinaan adalah membangun dan mengisi akal dengan ilmu yang berguna, mengarahkan hati lewat do'a, serta memompa dan menggiatkan jiwa lewat introspeksi diri.

Syakir Ali Salim AD berpendapat, pemuda Islam merupakan tumpuan umat, penerus dan penyempurna misi risalah Ilahiah. Perbaikan pemuda berarti adalah perbaikan umat. Oleh karena itu, eksistensinya sangat menentukan di dalam masyarakat.
Pemuda Islam tak jauh berbeda dengan pemuda pada umumnya, memiliki gelora semangat dan kekuatan fisik yang cukup besar, khususnya dalam mempelopori pergerakan dan perubahan. Namun, pemuda Islam merupakan pemuda yang mampu membela kebenaran dengan gigih di jalan Allah. Pemuda Islam mampu menjalani masa mudanya dengan mengisi hal-hal yang bermanfaat.

Nabi Muhammad saw bersabda,”Manfaatkan yang lima sebelum datang yang lima: masa mudamu sebelum datang masa tuamu; masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu; masa kayamu sebelum datang masa miskinmu; masa hidupmu sebelum datang masa matimu; masa luangmu sebelum datang masa sibukmu.” (H.R. Al Baihaqi)

Dahulu, Rasulullah saw. berhasil mentarbiyah para pemuda yang berjiwa besar dan bersemangat tinggi untuk berjuang menegakkan kalimatullah di tengah budaya kaum kufar yang menggelayuti lorong-lorong kehidupan saat itu Hingga pada akhirnya islam memperoleh kejayaan dan diterima oleh umat manusia di seluruh lapisan masyarakat.
Kisah Ashabul Kahfi, yang tergolong sebagai pengikut Nabi Isa as. Mereka ini adalah sekelompok anak-anak usia muda yang menolak kembali ke agama nenek moyang mereka dan menolak menyembah selain Allah SWT. Oleh karena jumlahnya sedikit, tujuh orang di antara sekian banyak masyarakat yang menyembah berhala-berhala, maka mereka pun bermufakat untuk mengasingkan diri dari masyarakat dan berlindung dalam suatu gua. Fakta sejarah ini diperkuat oleh Al Qur'an, yang dikisahkan dalam QS Al Kahfi : 9-26, di antaranya,

"(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat perlindungan lalu berdoa : 'Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan tolonglah kami dalam menempuh langkah yang tepat dalam urusan (ini)' " (ayat 10)
"Kami ceritakan kisah mereka kepadamu dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka (Sang Pencipta), dan Kami berikan kepada mereka tambahan pimpinan (iman, taqwa, ketetapan hati dan sebagainya)" (ayat 13)

Pemuda-pemuda yang dipaparkan di atas merupakan pemuda yang telah membuktikan pada masanya akan aktivitas yang mereka lakukan dan bisa mengubah wajah dunia saat itu dan sekarang, Insya Allah. Dari potret pemuda masa lalu tersebut, kita dapat menggali dari mereka dan merefleksikan pada diri kita agar kita dapat menjadi pengubah ke arah yang baik, untuk menjayakan kembali umat Islam ini. Sehingga akan datang janji Allah pada kita sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah,
"Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan bagiku dunia ini, baik ufuk Timur maupun Barat. Dan kekuasaan umatku akan sampai kepada apa yang telah diberikan kepadaku dari dunia ini."

Rasulullah saw bersabda: ” Tujuh orang yang akan dilindungi Allah dalam naungan-Nya yaitu: Imam (pemimpin) yang adil, pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah pada Allah, orang yang hatinya selalu terikat pada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah pula, seorang lelaki yang dirayu oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan tetapi ia menolaknya seraya berkata ‘Aku takut kepada Allah’, orang yang bersedekah sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya, dan seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian lalu menitikkan airmatanya.” (HR. Bukhari Muslim)

Maraji’
http://gratitude.rezaervani.com
http://www.huzaifah.org
HR Muslim, jilid VIII, hadits no. 1771; Abu Dawud, hadits no. 4252; Tirmidzi, jilid II, hal. 27
Musnad Imam Ahmad, jilid I, hal. 193; Shahih Bukhari, hadits no. 314; Shahih Muslim, hadits no. 1752
QS Al Anbiyaa : 60; Tafsir Ibnu Katsir, jilid III, hal. 183
separador

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Followers

Entri Populer