Sepenggal kisah yang kuniatkan utk disusun secara terstruktur dan berkelanjutan sebagai bahan pelajaran bagi generasi penerus da'wah ini..
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Di keheningan malam, kuterlarut dalam lintasan kenangan masa-masa awal perjuangan dulu..
Aku mulai menelusuri lembaran-lembaran memori yang merekam perjalananku mulai dari pertama kali kuinjakkan kaki di tempat itu..
Kala itu, betapa bahagianya diri ini, ketika mengetahui Allah mengizinkanku untuk meneruskan pendidikan ke jenjang sekolah menengah atas di SMA Negeri yang memang sudah aku impikan sejak kecil (dulu setiap akhir pekan, saat aku berkunjung ke rumah nenekku, hanya SMA itu yang aku lewati, jadi semakin kuat 'azzam dalam diri untuk bisa merasakan bersekolah di sana, menjalani kehidupan baru yang tentunya penuh dengan warna-warni yang menghiasinya, bukan hanya sekadar melihatnya dari pagar pembatas yang mengitarinya), SMA Negeri 12 Jakarta, ya itu SMA ku dulu, sekolah mungil dengan taman kecil yang begitu asri di jantung sekolah, dan meskipun sekolahku dikelilingi oleh pemukiman padat penduduk yang mayoritas dihuni oleh masyarakat kelas menengah ke bawah (dengan berbagai karakter, pekerjaan, dan pergaulan yang beragam), tidak sedikit siswa-siswinya yang mengukir prestasi luar biasa (kalau kata salah seorang guruku, kami itu ibarat permata di tengah tumpukkan pasir hitam).
Alhamdulillah, meski belum mengenal seorang pun di sana, hatiku begitu bahagia dan merasa tentram berada di sana. Masih tengiang dalam ingatanku, ketika pertama kali kutelusuri lorong-lorong kelas, terlihat seorang wanita anggun yang berpakaian rapi ke luar dari suatu tempat di bagian belakang sekolah (yang kemudian tempat tersebut lah yang menjadi saksi bisu perjuangan kami -aku dan teman-teman pengurus ROHIS 12 lainnya-). Masjid Assabiqunal Awwalun, nama itu ternyata tidak banyak yang tahu, karena biasanya teman-teman dan warga sekolah lainnya hanya menyebutnya dengan sebutan "Mushollah", "Masjid", atau "Masjid 12". Ya, mungkin hanya segelintir orang saja yang tahu nama masjid di sekolahku itu. Padahal, aku rasa pendiri dan pemberi nama Masjid Assabiqunal Awwalun punya cita-cita yang besar, punya mimpi yang mulia, punya keinginan yang begitu luar biasa. Assabiqunal Awwalun, mereka adalah garda terdepan da'wah Islam, mereka manusia agung pilihan Allah yang membela Rasulullah di awal perjuangan beliau. Semoga karakter Assabiqunal Awwalun terus merekat pada pribadi kita, khususnya para pejuang da'wah di SMAN 12 Jakarta.
++++++ ##### ++++++
Hari demi hari kulalui, suka duka datang silih berganti. Keluguan siswa-siswi kelas X saat mulai memasuki semester dua sedikit demi sedikit mulai terkikis dengan pergaulan yang lebih 'bebas' dibandingan dengan bulan-bulan awal kubersekolah. Namun, momen berharga yang tak terlupakan pun terjadi di semester ini. LDKM "Latihan Dasar Kepemimpinan Muslim", event luar biasa yang banyak membawa perubahan bagi diriku dan beberapa teman yang lain ini menjadi titik tolak perjuangan kami. Dari sini kami memulai. Dari sini kami belajar. Dari sini kami memahami arti sebuah perjuangan, pengorbanan, dan ketulusan. Dari sini kami mengenal cinta, cinta hakiki yang bermuara pada keridhoan Ilahi Rabbi, cinta sejati yang tidak hanya menilai semuanya dari sudut pandang duniawi, cinta yang berlandaskan iman, kasih sayang, dan persaudaraan sebagaimana tuntunan Rasulullah dalam sebuah hadits "Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri." [HR. Bukhari-Muslim]
LDKM, di sini kami belajar menghargai satu sama lain, belajar mengajak teman-teman kepada kebaikan, belajar untuk tetap tegar meski kadang kita harus sendirian, belajar menjadi lebih dewasa di tengah himpitan kehidupan yang serba melenakan, serta belajar untuk menjadi pemimpin dan mau menjadi orang yang dipimpin.
Masa-masa itu, merupakan masa-masa yang tak pernah terlupakan..
*to be continued..


0 comments:
Post a Comment