Bismillaahirrahmanirrahiim..
Di penghujung malam, kucoba untuk menuangkan sedikit cerita. Cerita yang aku sendiri bingung untuk mulainya dari mana. Tapi jari-jari ini terus saja tertarik oleh medan magnet yang bersumber dari rasa ingin berbagiku, berbagi cerita yang kudapatkan dan mulai kurasakan semenjak Allah menakdirkanku untuk bergabung dengan barisan pejuang Lembaga Dakwah Kampus Universitas Negeri Jakarta.
***
Aku bukan siapa-siapa, justru sering kumerasakan bahwa aku tak pantas berada di antara mereka. Mereka yang amal shalihnya sangat nyata. Mereka yang kedekatannya kepada Sang Pencipta begitu luar biasa terjaga. Mereka yang semangat berda’wahnya terus menggelora. Mereka yang pengorbanannya sungguh tak terkira. Mereka yang visinya begitu besar melangit membahana ke penjuru dunia. Mereka yang………………tak mampu kutuliskan satu persatu kelebihannya karena begitu banyaknya.
Tapi sekali lagi, ini adalah takdir Allah Swt. Takdir Sang Khaliq, Sang Pencipta alam raya. Takdir yang membawaku untuk belajar lebih dewasa. Takdir yang mebawaku belajar mengenal al Islam dengan lebih sempurna. Takdir yang membawaku menyadari bahwa aku bukan siapa-siapa.
Entah rencana apa yang Allah rancang, sehingga Allah menakdirkanku untuk bergabung bersama barisan da’wah ini. Tapi aku yakin, pasti ada sesuatu yang istimewa. Sesuatu yang mungkin tak dapat kurasakan di luar sana.
***
Positive Thinking. Itu yang kucoba bangun dari awal kepengurusan. Mesti sering kali goyah dan berbelok terbawa hasutan syaithan. Tapi sampai saat ini insya Allah tetap kucoba pertahankan.
Warna-warni da’wah kampus tingkat universitas membuatku memaksa diri untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Lingkungan yang jelas berbeda dengan lingkungan asalku, FMIPA yang cenderung lebih homogen dan cukup terkondisikan. Rekan da’wah yang beragam pun menjadi bagian ‘cerita’ tersendiri yang unik dan cukup ‘menantang’. Kadang menambah semangat juang, kadang juga mengesalkan. Ma’lum namanya juga manusia biasa, bukan rasul ataupun malaikat yang fitrahnya selalu ta’at dan hanya menebarkan kebaikan.
***
Semester kedua kepengurusan ini terasa lebih hampa, tapi juga terasa lebih padat menghimpit jiwa dan raga. Suatu hal yang terkesan agak ‘lebay’ dan sangat kontras memang. Tapi, ya begitulah yang kurasa..
Alhamdulillah, sebagian dari pengurus juga sudah ada yang menyelesaikan amanah akademiknya. Sebagian lagi sedang berusaha mengejar target di semester ini, sebagian lainnya ada yang akhirnya memutuskan untuk menunda kelulusan hingga semester berikutnya. Ya, itulah pilihan. Masing-masing memiliki prioritas tersendiri yang tidak berhak dihakimi tanpa tau latar belakang yang mendasari.
Semakin ke sini, tiap-tiap pengurus pun semakin terlihat karakteristik yang sesungguhnya. Dalam menjalankan amanah yang diterima, dalam berinteraksi antarsama, dalam menanggapi beragam permasalahan yang ada, dan dalam hal-hal yang lainnya juga..
Ada yang begitu perhatian terhadap amanah dan saudara-saudaranya. Ada yang begitu tegar, meski kondisi keluarga sedang sangat membutuhkan dirinya. Ada yang terlihat cuek, tapi ternyata tetap memperhatikan permasalahan yang ada. Ada yang begitu cekatan tatkala seruan da’wah memanggilnya. Ada yang bersantai karena merasa amanah yang menjadi tanggung jawabnya telah selesai dilakukan. Ada yang bimbang karena amanah lain lebih membutuhkan dirinya. Ada yang bingung karena belum jelas mendapatkan arahan. Ada yang acuh tak acuh karena belum mengenal medan yang sesungguhnya. Ada yang diam karena enggan bekerja sama. Dan ada juga yang akhirnya memutuskan untuk berhenti melanjutkan amanah yang sedang diemban karena beragam alasan. Ya, seperti itulah adanya..
***
Padatnya agenda da’wah di akhir kepengurusan membuat dinamisasi pribadi, bidang, dan struktural terasa kian cepat tak terelakkan. Kerja-kerja marathon sudah sangat jelas akan dilalui hingga muktamar datang. Nuansa hati semakin tak dapat ditebak. Dan yang utama, kedekatan dengan Rabbul ‘Izzati menjadi sasaran empuk yang harus terus dikuatkan.
Belakangan ini juga muncul permasalahan ‘baru’. Sebagian ikhwan berpendapat bahwa akhawat zaman sekarang sangat sensitif. Dikasih masukan sedikit langsung marah, ngambek, nangis. Sebagian akhawat juga berpendapat bahwa ikhwan sekarang gak peka. Bisanya cuma nyuruh-nyuruh aja, ngatur ini itu, tapi gak ngertiin kondisi yang ada. Huft, benarkah seperti itu? Yuk, mari kita introspeksi bersama :)
Kita adalah keluarga. Saling nasihat-menasihati adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan. Ketika ada yang khilaf, kita harus mengingatkan. Ketika ada yang melemah, kita harus menguatkan. Ketika ada yang semangat, kita harus memberikan dukungan. Tentunya, mengingatkan dengan cara-cara yang ahsan. Menguatkan tanpa menyinggung perasaan yang mendalam. Memberikan dukungan tanpa mengharapkan balasan. Dan saling memahami adalah kunci utama untuk menjaga keutuhan keluarga ini.
***
Saat ini, ada yang shalat malamnya semakin panjang. Ada yang do’anya semakin syahdu. Ada yang tidur malamnya semakin berkurang. Ada yang uang sakunya semakin menipis. Ada yang hari-harinya semakin padat tak tersisipkan ruang tuk beristirahat. Ada yang canda tawanya dilakukan tuk menutupi dukanya yang mendalam. Ada yang perhatiannya kepada saudaranya melebihi perhatiannya terhadap dirinya sendiri. Namun, apakah kita pun merasakan dan melakukan hal-hal yang demikian?
Karena memang seperti itulah da’wah. Teringat aku akan kata-kata bijak Ustadz Rahmat Abdullah, rahimahullah, Sang Murabbi sejati pengikat hati, yang tak pernah bosan kumengulang dan membacanya.
“Da’wah adalah cinta, dan cinta akan meminta segalanya dari dirimu. Pikiranmu, perhatianmu, berjalan, duduk, dan tidurmu, bahkan di tengah lelapmu isi mimpimu pun tentang da’wah, tentang ummat yang kau cintai. Da’wah menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari…”
dan firman Allah Swt.,
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. 9:111)
Da’wah Kampus. Begitu penuh warna. Begitu tak terduga. Begitulah adanya. Membuatku terjaga. Membuatku menjadi lebih dewasa. Terimakasih Allah atas kesempatan yang telah Kau beri. Terimakasih ikhwatifillah atas persaudaraan dan beragam pengalaman yang tak dapat terlupakan. Kini kusemakin mengerti, bahwa aku bukan siapa-siapa tanpaNya, tanpa kalian, dan tanpa da’wah ini.
Cassava Garden,
Jum’at, 12 Oktober 2012 Pkl. 01.15
kni12.keren~
diri yang merindu syurgaNya
NB:
Teruntuk semua saudaraku yang dirahmati Allah. Mohon maaf atas segala khilaf yang telah kulakukan. Diri ini memang banyak salah kepada kalian. Sering menyusahkan, membuat kesal, kurang cekatan, dan masih banyak lagi lainnya. Semoga Allah pun memaafkan. Dan semoga Allah menghimpun kita di syurgaNya kelak bersama dengan keluarga kita. Berkumpul bersama Rasulullah dan para sahabatnya, serta Allah perkenankan kita untuk melihat wajahNya yang Agung nan Mulia, nikmat tak tergantikan, yang menjadi dambaan ummat sepanjang hayat, aamiin..



0 comments:
Post a Comment