
Dan batu pun berbicara. Seolah tak ingin tertinggal dari barisan para pejuang tuk melawan serangan bangsa pengecut!
Ianya sering kali kokoh tergenggam dalam lumuran darah yang terus mengalir pada tangan-tangan nan mungil.
Hari-harinya begitu padat.
Kadang ia terhimpit di dalam tas kecil yang terhempas ke sana ke mari karena sang pemilik membawanya berlari-lari menuju sekolah tuk melindungi diri.
Kadang ia terpental jauh dari ketapel sederhana yang disasarkan pada sebuah tank besar milik bangsa pengecut.
Kadang ia harus hancur berkeping-keping karena menabrak beton atau baja dengan sekuat tenaga.
Ya, begitulah adanya.
Tangan mungil itu sering kali mencarinya. Menggenggamnya dengan kuat. Melontarkannya dengan penuh semangat.
Diiringi kalimat "Bismillahi ALLAHU AKBAR!" ia pun terlempar jauh, jauh sekali. Sampai kadang ia pun tak mengerti dari mana datangnya kekuatan itu. Kekuatan yang sepertinya mustahil berasal dari tangan mungil bocah Palestina.
Namun ia teringat akan firman ALLAH subhanahu wata'ala,
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barang siapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahanam. Dan amat buruklah tempat kembalinya. Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Itulah (karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu), dan sesungguhnya Allah melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir."
(Qs. Al Anfal [8] : 15-18)
Ya, begitulah adanya.
Kini, tangan-tangan mungil itu tak jarang harus disatukan dengan rantai besi yang terikat kuat di pergelangannya. Atau bahkan dengan mudahnya dibakar bersama dengan seluruh anggota tubuh lainnya. Atau bahkan seringkali ditemui dalam wujud yang sudah tak berbentuk lagi, tercabik-cabik lantaran rudal yang menghantam tubuh mungil nan suci itu.
Entah apa yang ada di dalam pikiran bangsa pengecut itu.
Mungkin kepengecutannya sudah begitu mendarah daging dan teresap sampai ke ubun-ubun. Hingga tak ada lagi rasa kemanusiaan yang tersisa di dalam perbuatan, akal, bahkan hatinya.
Ya, begitulah adanya.
Sebagaimana yang ayah kalian, Ismail Haneiya PM Palestina, tegaskan :
"Kami tidak meminta kalian berjihad bersama kami mengangkat senjata, sebab (kami) siap siaga untuk mempertahankan tanah suci umat islam. Kami hanya meminta doa kalian. Karena doa adalah senjata paling hebat yang tidak dimiliki kaum kafir. Tolong sebarkan kepada umat Islam di seluruh dunia, kami saat ini TERKEPUNG. Jika ingin membantu, bantulah sesuai kemampuan kalian. Jika menyebarkan informasi saja tidak mampu kalian lakukan, apakah kalian siap di minta pertanggung jawaban oleh Allah di akhirat?"
Semoga batu pun kan menjadi saksi bisu atas perjuangan, keberanian, dan keikhlasanmu. Semoga JannahNya menjadi hadiah terindah bagimu, bagi seluruh rakyat Palestina, dan bagi seluruh muslim sedunia yang tidak pernah berhenti berjuang tuk bersama membebaskan bumi suci para anbiya.
Jakarta, 12 Ramadhan 1435/10 Juli 2014
Untuk Gaza dari Kami Bangsa Indonesia
#GazaUnderAttack
#SavePalestine


0 comments:
Post a Comment