#GazaUnderAttack

Powered by Blogger.

Tausiyah

Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- : Abu ‘Amrah, Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata : Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguh (istiqomahlah. (Riwayat Muslim)

"Tugas kita adalah menyalakan lilin, bukan mencela kegelapan" Anis Matta (Barang kali kita memang tidak bisa mengubah keadaan, tetapi bukankah kita bisa mengubah sikap dalam menghadapinya..)

"Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk” (QS. Al-Kahfi:13)

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 208)

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong pada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia)."(QS. Ali Imran : 8)

Twitter

#SavePalestine



Live Traffic Map

Live Traffic Feed

loading...

Saturday, November 17, 2012

Hingga Ukhuwwah Ini pun Kembali Merekah


Perjalanan hari ini dihiasi dengan beragam cerita menarik yang memiliki begitu banyak ibrah di dalamnya. Mulai dari menemani ibu membeli buku dan obat-obatan herbal di Senen, hingga pulang agak malam karena berkumpul bersama akhawat tangguh nan shalihah, keluarga kecilku di LDK UNJ.

***

Sebenarnya, hari ini aku sudah berniat untuk menemui kedua calon dosen pembimbingku yang baru saja kudapati namanya pekan lalu setelah berbulan-bulan kumenantinya melalui proses yang cukup panjang. Sebelum berangkat, aku pun mampir ke rental untuk nge-print outline yang hendak kusertakan bersama dengan surat pengantar yang ditujukan kepada kedua dosen pembimbingku tersebut.

Setelah selesai nge-print, aku mengantar ibuku untuk membeli beberapa buku, pesanan Qur’an dan obat-obatan herbal, sekalian searching Mushaf Utsmani berterjemah di beberapa toko buku yang ada di Senen. Sayang, setelah lama berkeliling, mushaf Qur’an yang ibu dan aku cari tak kami dapati meski kami sudah mengunjungu beberapa toko yang ada di sana. Huft, mungkin memang belum rezekinya ini, mencoba untuk tetap think positive.

***

Ketika melihat handphone, ternyata sudah jam 14.00. Waduh, sepertinya tak keburu ini kalau harus ke kampus B menyerahkan outline dan surat pengantar tersebut. Akhirnya, kuputuskan untuk langsung menuju FIP lantai 3 memenuhi undangan syuro akbar FIU 2012. Insya ALLAH Rabu atau Kamis akan kuagendakan kembali untuk menyerahkan berkas-berkas tersebut :) (habis dinasehatin sama teteh2 HUDA kemarin malam :D)

Teteww, saat tiba di lantai 3 FIP aku bingung harus ke mana, karena belum tau syuro akbarnya di ruangan mana. Setelah menelusuri lorong kelas dan tak kudapati teman-teman yang sedang syuro, akhirnya kuputuskan untuk beristirahat sejenak dan menunggu konfirmasi tempat syuronya di mushalla FIP. Saat baru saja hendak melangkahkan kaki ke dalam mushalla, tiba-tiba seorang akhwat Tarbawi memanggilku dan aku mendapatkan informasi dari beliau bahwa syuronya di ruang 316. Karena khawatir telat, tanpa berpikir panjang, langsung kutuju ruang kelas yang dimaksud.

Ketika melihat ruang kelasnya, ternyata di dalamnya masih terdapat beberapa mahasiswa FIP sedang berkumpul di sana. Hhm, bagaimana ini ?@#$%? Lalu, tanpa disengaja, aku melihat salah seorang akhwat panitia sedang duduk sendirian di pinggiran selasar Daksin lantai 3. Sambil tersenyum, kudekati beliau dan di dalam hati aku bersyukur, Alhamdulillah ada temannya..hehe.. think positive :D. Beberapa saat kemudian, boss FIU pun datang dengan rekan-rekannya. Setelah mengondisikan ruangan, syuro pun dimulai.

Syuro pun berjalan dengan cukup lancar. Beberapa perencanaan, evaluasi dana dan persiapan lainnya, pemaparan rangkaian acara, dan lain sebagainya dibahas bersama dan di’godog’ kembali agar miscommunication semakin terminimalisir. Masih ada beberapa hal yang mesti difiksasi dan dioptimalkan lagi memang, tapi aku cukup senang di sana, karena melihat semangat adik-adik dalam menyukseskan agenda akbar syi’ar kampus UNJ tersebut. Beberapa kali sempat aku berdiskusi dengan mereka, meski saat itu si boss sedang berbicara di depan (hehe..maap ye boss, coz urgent tadi), dan kusadari bahwa ternyata aku (sebagai salah seorang pengurus LDK) belum banyak membantu mereka. Padahal, ini adalah agenda besar LDK UNJ yang mungkin sekaligus agenda terakhir kami. Astaghfirullah.. :(

Bismillah, untuk kedepannya, insya ALLAH diri ini bertekad membantu adik-adik panitia FIU dengan lebih optimal lagi. So, kalau ada yang hendak disampaiakan, sampaikan aja ya de ;) insya ALLAH aku dan teman-teman pengurus LDK lainnya akan membantu seoptimal mungkin. Barakallahulana..

***

Sore ini, sebenarnya juga ada pertemuan special untuk akhawat pengurus LDK UNJ di Masjid Nurul Irfaan. Tapi, aku, ibu kaput, dan ibu Bendum datang agak telat ke agenda tersebut. Tapi Alhamdulillah, kami masih dapat mengikuti agenda tersebut dengan khidmat.
Ba’da Maghrib, kami (akhawat LDK) melanjutkan agenda silaturahim dengan makan bersama di salah satu tempat makan yang cukup familiar di kalangan aktivis kampus :), tempat makan yang sangat aku sukai (terutama suasana dan warna ruangannya).

Agenda ini sebenarnya sudah sangat lama kami tunggu-tunggu, namun baru ALLAH wujudkan saat ini, saat menjelang akhir kepengurusan kami, saat beragam rasa yang berbeda telah kami rasakan masing-masing. ALLAH pasti memiliki perencanaan terbaik di balik semua keputusanNya ini, think positive.

Satu persatu dari kami yang sebelumnya belum mengungkapkan segala bentuk perasaan dan perencanaan kedepannya di LDK pun mulai bercerita. Mengungkakap suara hati yang selama ini masih dipendam sendiri, atau bahkan yang selama ini ternyata membuatnya sakit dan semakin tersakiti (lebay.com).

Sembari menikmati hidangan yang mulai datang dengan berangsur-angsur, agenda sharing-sharing pun dimulai. Meski terselip canda tawa dan diskusi kecil tak berarah, kami tetap berusaha untuk menyimak pemaparan saudari kami yang sedang medapatkan giliran dengan seksama.

Suara hati dari diri-diri kami pun mulai keluar dengan perlahan. Ternyata ada yang pernah terbersit untuk berhenti berkontribusi, namun Alhamdulillah ALLAH masih menjaganya dan membuatnya dewasa dalam menyikapi rasa tersebut. Ada yang merasa bahwa ukhuwwah di antara kami kering kerontang tak berasa bahkan mungkin tak ada, tapi Alhamdulillah ALLAH menghendaki sebuah peristiwa terjadi di antara kami yang menunjukkan bahwa ukhuwwah itu masih ada dan sangatlah terasa, meski dengan cara yang unik dan tak terlupakan ALLAH menunjukkannya. Ada yang merasa bahwa kerjanya hanya sebatas pengeksekusi instruksi yang ada, tapi Alhamdulillah tantangan baru membuatnya berfikir dan bersemangat menjalani aktivitaas da’wah ini hanya karena dan untuk ALLAH semata. Ada yang merasa bahwa dirinya tak mampu merangkul saudaranya yang lain, tapi Alhamdulillah ALLAH masih menjaganya untuk tetap bertahan dan berusaha seoptimal mungkin untuk tetap merangkul saudara-saudaranya dengan segala kekurangan yang dimilikinya. Ada yang pernah berkesimpulan ternyata di kepengurusan kami ukhuwwah tidak lebih kami butuhkan daripada penyelesaian proker-proker yang ada, namun Alhamdulillah ALLAH masih menjaganya dengan diadakannya agenda ini, bahwa sebenarnya kami sangatlah membutuhkan ukhuwwah yang mungkin selama ini belum kami rasakan bersama.

Ada sedih, ada tangis, ada senyum, ada tawa. Semua menjadi satu dan semakin menguatkan ikatan ini.

Mungkin, jika ALLAH berkehendak agenda silaturahim akhawat LDK UNJ tadi  tidak terlaksana hari ini, masih ada prasangka dan keberkecilan hati di dalam diri-diri kami. Masih ada kegelisahan dan keengganan untuk saling terbuka dan bertukar pikiran antarsaudara seperjuangan. Masih ada perasaan bersalah yang tak jelas ditujukan kepada siapa. Masih ada banyak hal yang entah akan menemukan penyelesaiannya atau tidak.

Memang belum banyak yang hari ini dapat berkumpul bersama kami. Tetapi insya ALLAH, hati-hati kami mulai terbuka kembali. Hingga ukhuwwah ini pun kembali merekah di antara kami. Di penghujung perjuangan ini.

Salam cinta dan semangat untuk Ukhti fillah yang belum bisa hadir, semoga di lain kesempatan ALLAH mudahkan kita untuk berkumpul bersama.

***

Tidaklah ada kata terlambat untuk sebuah perbaikan. Tidak ada kata terlambat untuk sebuah pemafaan. Tidak ada kata terlambat untuk sebuah pengorbanan.

Kita ada, karena ALLAH yang mengadakan. Kita satu, karena ALLAH yang menyatukan. Kita bersaudara, karena ALLAH yang menghendaki demikian.

Semoga diriku, dirimu, dan diri kita semua ALLAH ridhai untuk kembali berkumpul bersama, berkumpul bersama saudara-saudara seiman, seperjuangan, dan sepenanggungan. Berkumpul di tempat yang tak kan pernah ada lagi keluh dan kesah. Tak kan pernah ada lagi kesengsaraan dan penderitaan. Tak kan pernah ada lagi kegamangan dan kegelisahan. Tempat yang agung, tempat yang suci, tempat para nabi dan rasul serta orang-orang shalih berkumpul bersama. Tempat yang ALLAH janjikan bagi hamba-hambaNya yang mencintai ALLAH, Rasulullah, dan jihad fii sabilillah. Tempat persinggahan terakhir yang amat sangat kita rindukan bersama. Al Jannatul Firdaus nan mulia.

Uhibbuki fillah yaa Ukhti.. :*
Karena kita bersaudara :’)


Cassava Garden, 27 November 2012 11.00 PM
kni12.keren~


Read more...
separador

Saturday, October 27, 2012

Pushy-ku Sayang, Pushy-ku Malang :'(


Mau berbagi kisah lagi euy.. Kisah tadi malam yang begitu menegangkan.. Cekidot!

Jum'at, 26 Oktober 2012, bertepatan dengan Idul Adha 1433H
Sekitar pukul 20.30 lewat aku sudah mulai mengantuk, maklum malam kemarin tidurnya agak larut karena ada kerjaan yang menumpuk.. Ketika baru saja tertidur agak pulas, tiba-tiba adikku (Jaid) membangunkanku dengan agak panik, sontak aku pun terbangun dan ikut panik, adikku berkata, "Kak, kak, itu pushy kenapa, kakinya kayak ada yang ngiket!" (Pushy itu panggilan kucing jantan yang ada di rumah kami sejak kecil, adik dan kakaknya sudah meninggal sewaktu dia kecil, dan ibunya kini sudah melahirkan tiga anak kucing lagi) Mendengar rintihan pushy, aku pun semakin kaget dan mencoba mendekatinya, aku lihat ada apa gerangan sampai dia mengeluarkan suara rintihan seperti itu. Setelah kudekati, ternyata benar, kaki kiri bagian belakang si pushy ada yang mengikatkan karet dengan sangat kencang, dengan kepanikan reflek ingin kubuka, ingin kulepaskan karet yang mengikat kakinya. Tapi, aku tak sengaja memegang kaki (bagian telapak atas) pushy, dia langsung mengeong kesakitan dan pergi menjauh. Aku tambah panik, semakin kurasa bahwa dia sangat kesakitan, sangat tersiksa. Aku coba mendekatinya lagi, tapi dia malah turun menghindariku. Aku mencoba mengejarnya, dan mencoba untuk melepaskan karet tersebut, dan kulihat, kaki bagian telapaknya sudah mulai membengkak, astaghfirullah, kasian banget dia..

Entah siapa yang sengaja atau mungkin hanya iseng mengikatkan karet di kaki kucingku itu, sehingga sampai seperti itu. Dipikiranku saat itu yang terbayang hanyalah kekhawatiran kalau sampai tidak bisa dilepaskan (karena kenceng banget ikatannya) bisa-bisa kaki kucingku putus.. :'(

Lalu aku bangunkan ibu dan bapak, karena tak bisa kuatasi sendiri, pushy selalu meronta ketika hendak dilepaskan karetnya (hiks..hiks..semakin kurasakan rasa sakitnya) dan kuminta ibu untuk telpon Iam (adikku yang pertama), Iam pun datang, tapi ketika hendak melepaskan karet di kaki si pushy, pushy malah lari ke luar rumah, dan tak bisa dikejar, entah pergi ke mana. Huft, aku semakin cemas, waktu sudh menunjukkan pukul 21.30, kalau pushy gak pulang-pulang bisa gawat, orang gak akan ngeh kalau dia sedang kesakitan. Ya Allah, bener-bener panik sangat, bergumamku di dalam hati, semoga pushy segera kembali ke rumah Ya Allah, biar bisa dilepaskan karetnya..

Beberapa menit pun berlalu, aku bingung hrus mencarinya ke mana, hingga tak sadar air mata pun membasahi pipiku karena kekhawatiran yang mendalam terhadap si Pushy. Saat itu aku merasa tak akan dapat tidur di tengah situasi seperti ini. Lalu aku naik menemui Jaid, "Dek, kita cari Pushy yuk, takutnya gak ada yang nolongin nanti." Adikku hanya terdiam, dan dalam panikku tiba-tiba terdengar suara pushy dari luar rumah, "Wah, itu pushy dek.." spontan kuteriak bilang ke Jaid. Segera aku turun dan bertekad untuk bisa melepaskan karet dari kakinya, Iam pun datang lagi dan berusaha melepaskannya juga. Berkali-kali pushy tetap meronta-ronta, karena semakin bengkak kakinya kulihat, dengan berbagai cara kami coba untuk menggunting/melepaskan karetnya, detik dan menit berlalu penuh ketegangan, sempat terlontar dari mulutku, "udah bu, di bawa ke rumah sakit aja sekarang kalau gak bisa juga, dibius biar gak meronta-ronta, khawatir kalau gak bisa-bisa dan ditunggu sampe besok nanti bisa putus kakinya" (aku berpikir demikian karena dulu pernah diceritakan sama nenek, ada orang yang jarinya diikat karet, sampai lama, dan akibatnya jarinya putus)

Ya Allah, belum bisa juga dilepaskan karetnya, gunting, silet, carter, gunting kuku, seprai, kaos kaki sudah dikeluarkan untuk membantu usaha pelepasan karet tersebut. Hampir hopeless. Tapi semua berusaha untuk menenangkan suasana yang sangat menegangkan itu, berusaha menguatkan dan berpikiran positif bahwa karet yang mengikat kaki pushy pasti akan bisa lepas. Sambil terus ku elus-elus kepala pushy yang sedang kesakitan, Iam terus berusaha menggunting karet tersbut dengan menggunakan gunting kuku secara perlaha. Sedikit demi sedikit karetnya pun mulai putus, dan kemudian...... Alhamdulillah, akhirnya terlepas juga karetnya.. :') Pushy langsung berlari ke dapur, tiduran dan menjilati kakinya. Ketika aku dekati untuk diberikan minyak But-But, dia menghindar dan menutupi kakinya sambil mengeong, seperti meminta untuk dibiarkan sendiri (tidak ingin diganggu dulu sementara waktu, sembari menahan serta menghilangkan rasa sakitnya). Oke, aku pun meninggalkannya, membiarkannya sendiri, tak ingin ku menganggunya saat itu.

Pagi harinya sebelum aku berangkat ngaji, bapakku sedang menggendong-gendong Pushy di luar rumah, Pushy tampak lebih ceria dibandingkan dengan tadi malam :') Aku pun pergi pamit sama ibu, nenek, bapak, dan pushy juga..

Sepulang ngaji, ibu minta diantar ke sekolah Jaid untuk ambil raport UTSnya, karena ternyata kakakku yang seharusnya mengambil raport tersebut belum berangkat untuk mengambilnya. Setelah sampai rumah, aku ikut syuro QL bareng teman-teman KIAS12, lalu dilanjutkan ngobrol2 dengan seorang adik dalam lingkaran cinta, aku ceritakan kejadian malam tadi yang sangat menegangkan ini sampai selesai. Lalu ketika aku dan si adik ke rumahku melihat si Pushy, ibuku bilang, "Kak, tadi kakinya Pushy ada yang iket lagi pake karet." Jawabku dengan kaget, "Beneran Bu? Yang mana? Parah banget sih ada orang yang kayak gitu, nyiksa binatang mulu, siapa sih orangnya??!!" Jawab ibuku, "Ia, Tadi ibu juga gak ngeh, Sinta tadi yang ngeliat dan bilang kalau kaki kucingnya kayak ada yang ngiket gitu. Iam yang ngelepasin, kayak tadi malam, bahkan lebih sulit dilepas soalnya pushy seperti lebih sensitif, mungkin trauma kali ya."

Astaghfirullah, kejadian ini tak kusangka-sangka. Kenapa ada manusia yang seperti itu, sampai dua kali menyiksa binatang dengan perlakuan yang sama. Padahal, Pushy adalah kucing yang baik, penurut, manja, dan gak suka rewel. Apa mungkin orang tersebut kesal dengan Pushy karena pernah mengambil ikannya atau hal-hal lainnya??? Tapi ya jangan begitu juga lah perlakuannya.

Rasulullah Saw. pun sangat menyayangi kucing. Beliau sangat berhati-hati dalam menjaga dan merawatnya. Tak hanya Rasul, istri Rasul sendiri, Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq pun amat menyukai kucing, dan merasa amat kehilangan dikala ditinggal pergi oleh si kucing. Seorang sahabat yang juga ahli hadist, Abdurrahman bin Sakhr Al Azdi diberi julukan Abu Hurairah (bapak para kucing jantan), karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.

Hukuman bagi mereka yang menyakiti binatang lucu ini sangatlah serius, dalam sebuah hadits sahih Al-Bukhori, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk mencari makan sendiri, Rasul pun menjelaskan bahawa hukuman bagi wanita ini adalah azab neraka. Na'udzubillahimindzalik..

Kawan, kucing (dan binatang lainnya) juga punya hak untuk hidup damai, mereka sama-sama makhluk ciptaan ALLAH SWT yang harus kita sayangi. Jangan sampai perlakuan buruk yang kita lakukan kepada makhluk ALLAH lainnya (semisal binatang sekalipun) akhirnya akan mengantarkan kita kepada kemurkaan ALLAH. Bukankah ALLAH telah menebarkan kasih dan sayang-Nya kepada kita? Lalu,mengapa kita justru menebarkan kebencian, keburukan, kekerasan kepada makhluk-makhluk-Nya yang lain?

Tadzkirah untuk kita semua, semoga kejadian ini dapat kita renungi dan kita ambil pelajarannya bersama..

Si Pushy
Read more...
separador

Friday, October 12, 2012

Keprihatinan Seorang Nabi


dakwatuna.com Di suatu waktu, terdengarlah “desah” nabi Zakariya – ‘alaihis-salam -:   “Ya Allah Rabb-ku, sesungguhnya tulang belulangku sudah rapuh, kepalaku sudah menyala putih karena uban dan istriku mandul. Namun, ada satu hal yang membuat diriku khawatir, takut, cemas dan bersedih, yaitu, belum jelasnya seorang penggantiku, pelanjutku dan pewarisku, dan aku tidak pernah berputus asa untuk terus memohon dan memohon kepada-Mu, berikanlah kepadaku seorang pelanjut, seorang pengganti dan seorang pewaris, yang melanjutkan misi dan risalahku, misi keluarga besar nabi Ya’qub - ‘alaihis-salam -, pewaris yang akan membimbing, membina dan mendidik Bani Israil, membimbing dan membina mereka kepada ajaran-Mu”.


Bukan Soal Harta dan Kedudukan 


Apa yang menjadi keprihatinan dan kepedihan nabiyullah Zakariya - ‘alaihis-salam – bukanlah soal masa depan makanan dan logistik Bani Israil, sebab ia yakin betul bahwa rezki, makanan, dan logistik Bani Israil sudah dijamin dan ditanggung Allah SWT.


Bukan pula soal jabatan dan kedudukan duniawi mereka, sebab mereka pasti akan menentukan pilihan mereka sendiri seandainya tidak ada ketentuan dari Allah SWT, dan sepertinya peminat dalam hal ini sangatlah banyak.
Bukan pula soal perjodohan laki dan perempuan di antara sesama mereka, sebab fitrah dan naluri mereka telah cukup untuk menggerakkan mereka dalam hal ini.
Bukan pula soal perhiasan-perhiasan dunia lainnya, sebab semua manusia telah tercipta dengan membawa kecenderungan terhadapnya.
Namun, yang menggelisahkan, mengkhawatirkan dan memprihatinkannya adalah soal statusnya sebagai juru dakwah, sebagai murabbi, sebagai pembimbing dan sebagai pembawa masyarakat kepada jalan yang lurus, jalan para nabi dan rasul, jalan para shiddiqin, syuhada dan shalihin, jalan yang telah digariskan Allah SWT untuk dititi dan dirambah umat manusia.
Dan pada kenyataannya, peran dan fungsi seperti inilah yang sedikit sekali peminatnya, berbeda dengan peminat harta, tahta dan jabatan, sehingga, meskipun pintu pendaftaran telah dibuka seluas-luasnya, berbagai bentuk targhib (penggemaran dan iming-iming bagi yang mau melakukan) serta tarhib (pemaparan hal-hal yang menakutkan bagi yang tidak mau melakukan) sudah dikemukakan, reward and punishment sudah dipaparkan, pada kenyataannya, yang mendaftarkan diri secara sukarela tetap saja sedikit, minim dan tidak sebanding dengan para peminat dan pendaftar peran dan fungsi lainnya.
Kenyataan seperti inilah yang membuat prihatin nabiyullah Zakariya - ‘alaihis-salam -
Untuk itulah, beliau sampaikan keprihatinan ini kepada Allah SWT, Dzat yang Maha Mendengar, Dzat yang Maha Mengabulkan, Dzat yang Maha Pengasih, Penyayang dan yang Maha Kuasa, Pencipta dan Pengatur seluruh alam.

Bukan Hanya Sekali Dua Kali

Penyampaian keprihatinan seperti ini bukan hanya sekali dua kali disampaikan nabi Zakariya - ‘alaihis-salam – kepada Allah SWT, tetapi, berkali-kali, sering dan terus menerus. Dan meskipun tanda-tanda terkabulkannya tidak segera kunjung tampak, namun dia terus menerus sampaikan keprihatinan itu, tidak ada kata putus asa, tidak pernah pupus dan sirna harapannya “walam akun bidu’aika Rabbi syaqiyya”.
Bukan hanya tidak berputus asa, tetapi, selalu memanfaatkan waktu, tempat dan moment-moment istijabah untuk mengulangi dan mengulangi lagi penyampaian keprihatinan dan permohonannya. Oleh karena itu, pada suatu hari, saat ia memasuki mihrab Maryam, dan dia dapati di sisi Maryam ada makanan dan minuman, dan setelah dia mendapatkan kepastian bahwa makanan dan minuman itu datang dari Allah SWT, yang berarti, kemungkinan besar, saat itu dan di tempat itu baru saja turun rahmat Allah SWT, dan sangat mungkin rahmat itu belum beranjak dari situ, maka seketika itulah sekali lagi ia panjatkan keprihatinan dan permohonannya kepada Allah SWT, agar Dia memberikan keturunan kepadanya, keturunan yang shalih, keturunan yang baik, yang akan mewarisi dan menjadi pelanjut dari misi dan tugasnya. “Hunalika da’a Zakariyya Rabbahu …”
Ia tidak peduli lagi dengan keadaan dirinya yang tua renta, tidak peduli lagi dengan kondisi istrinya yang mandul, yang secara teori tidak mungkin lagi memiliki keturunan, sebab ia yakin, rahmat dan kekuasaan Allah SWT jauh di atas semua teori tadi.

Berqudwah Kepada Nabi Zakariya

Al-Qur’an menceritakan kisah nabi Zakariya - ‘alaihis-salam – bukan sekedar menjadi hiburan, namun, untuk dijadikan ibrah, dan diikuti nilai-nilai ke-qudwah-annya.
Pos-pos jabatan struktural, alhamdulillah telah terisi secara cukup dan bahkan memadai.
Pos-pos jabatan publik, alhamdulillah banyak sekali yang berminat.
Namun, berapa banyak yang bermimpi dan berminat menjadi juru dakwah? Berapa besar pula minat dan animo masyarakat untuk menjadi murabbi? Siapakah dan berapakah yang menyambut seruan banyak ikhwah di daerah, di kampus, sekolah dan lainnya: “mana juru dakwah? Mana murabbi? Silakan datang ke sini!”
Tidakkah situasi ini mendorong kita untuk prihatin? Bersedih? Dan lalu mengadukannya kepada Allah SWT?
Tidakkah kenyataan ini mendorong kita untuk bekerja bersungguh-sungguh dalam menyiapkan dan memperbanyak jumlah juru dakwah dan murabbi? Sambil terus menerus dan tidak henti-hentinya berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar memberikan ketegaran dan keteguhan (tsabat) kepada kita dalam meniti jalan dakwah serta memudahkan segala urusan dakwah dan tarbiyah ini?
“Wa inni khiftul mawaliya min wara-i… fahab li min ladunka waliyyan yaritsuni…”
Barakallahu li walakum fil Qur’anil azhim wanafa’ani waiyyakum bima fihi minal ayati wadz-dzikril hakim, amiiin.


Read more...
separador

Mulianya Menjadi Ibu Rumah Tangga


Mulianya Menjadi Ibu Rumah Tangga

Islamedia - Menjadi ibu adalah kodrat setiap wanita, tetapi pilihan untuk menekuni diri sebagai ibu rumah tangga bukanlah tugas yang mudah. Di tengah kepungan budaya Barat dan penjajahan media, kaum wanita hari ini telah meninggalkan identitas mulianya sebagai ‘benteng ummat’. 

Sebagian mereka menyibukkan diri dengan urusan-urusan kecil yang remeh, pernak-pernik perhiasan dan persaingan gaya hidup modern yang menjauhkan mereka dari keutamaan individu dan sosial. Seorang ibu dengan tampilan ‘wah’ yang bergelut mengejar materi dan status sosialnya akan lebih disegani dibandingkan ibu rumah tangga sederhana yang waktunya lebih banyak dihabiskan untuk mengasuh dan mendidik anak-anaknya.

Hidup di zaman ini membutuhkan ketahanan yang luar biasa. Sebagai muslim, bekal ilmu dan keduniaan yang dikaruniai Allah Swt seharusnya meyakinkan mereka akan kebenaran petunjuk Allah yang menegaskan prinsip kesetaraan (gender equality), bahwa kaum ibu bermitra sejajar dengan kaum laki-laki, dalam posisi yang sangat istimewa. Yaitu sebagai pendidik generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan diri dan keluarganya. Mendidik diri dan keluarganya untuk selalu memahami dan mengikuti bimbingan Allah dan Rasul-Nya. Inilah investasi besar yang sering diremehkan oleh para ‘penikmat dunia’.

Pesan Istimewa untuk Para Wanita

Salah satu pesan istimewa Allah Swt kepada kaum wanita diabadikan dalam ayat berikut; “dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta’atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. 33:33).

Sesungguhnya kemajuan di zaman ini banyak diilhami oleh ayat diatas. Allah Swt menghendaki kaum wanita agar berperilaku lemah lembut, pemalu dan penuh kasih sayang kepada orang-orang di sekitarnya, tidak melakukan ucapan dan tindakan yang menimbulkan godaaan yang akan menjatuhkan martabat kaum wanita.

Karena, kehalusan budi dan tingkah laku wanita adalah salah satu pilar utama kehidupan. Ibu-ibu yang shalih akan mendidik anak-anaknya untuk menjadi shalih.

Bahkan, kaum ibu dahulu mampu membangun karakter pribadinya dan melakukan berbagai aktifitas keilmuan dibalik “tembok sunyi “ yang dapat menjaga sifat dan  rasa malu. Itulah kehendak Allah atas kaum wanita. Karakter dan psikis wanita tersebut selaras dengan kondisi fisik yang diciptakan  Allah Swt dalam bentuk yang berbeda dari kondisi yang dimiliki kaum laki-laki. Tubuh wanita diciptakan dalam bentuk yang sesuai benar dengan tugas keibuan, sebagaimana dengan jiwanya yang disiapkan untuk menjadi rumah tangga dan ratu keluarga. Secara umum, organ tubuh wanita, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat (tersembunyi), otot-otot dan tulang-tulangnya serta sebagian besar fungsi organiknya hingga tingkat yang sangat jauh, berbeda dengan organ tubuh kaum laki-laki yang menjadi pasangannya. Perbedaan dalam struktur dan organ tubuh ini tidak lah sia-sia, sebab tidak ada satu

pun benda, baik dalam tubuh manusia maupun yang ada di seluruh jagat raya ini yang tidak mempunyai hikmah tertentu.

Fitrah Mulia Kaum Ibu

Dengan perbedaan struktur tubuh tersebut, kaum wanita memiliki perasaan dan emosi yang lebih sensitif. Abbas Mahmud al-‘Aqqad mengatakan. “Adalah sesuatu yang alami jika kaum wanita memiliki kondisi emosional yang khusus yang berbeda dengan kondisi yang dimiliki kaum laki-laki”. Keharusan melayani anak yang dilahirkannya tidak terbatas dengan memberi makan dan menyusui. Akan tetapi, dia harus selalu memiliki hubungan emosional yang menuntut banyak hal yang saling melengkapi antara apa yang ada pada dirinya dengan yang ada pada suaminya.

Pemahaman dirinya dalam suatu masalah harus berhadapan dengan pemahaman suaminya yang mungkin saja berbeda. Bahkan, antara tingkat emosinya dengan emosi suaminya harus benar-benar terjaga keseimbangannya. Seorang ibu yang mulia akan memahami betul saat gembira dan sedihnya anak-anak. Demikian halnya sang ibu akan mengajarkan dengan suka ria tentang bagaimana menunjukkan rasa cinta, simpati  dan benci kepada orang lain dengan cara-cara yang baik dan bijaksana.

Sifat-sifat mendasar dalam fungsi pengasahan dan bimbingan terhadap anak-anak ini merupakan salah satu dari sekian banyak sumber kelembutan kewanitaan yang menyebabkan kaum wanita lebih sensitif dalam merespon perasaan. Sebaliknya, apa yang tampak mudah bagi kaum laki-laki bisa menjadi sulit bagi kaum wanita, misalnya dalam menggunakan rasio, menyusun pendapat dan mengerahkan kemauan. Itulah fitrah kaum ibu yang sesungguhnya mulia tetapi seringkali dipandang kelemahan yang memperdaya.

Salah Paham Memandang Islam

Dalam banyak ayat yang tersebar di dalam  al-Qur’an, Allah Swt telah meletakkan kedudukan kaum wanita pada tempat tertinggi dalam sepanjang sejarah kemanusiaan dan akan terus demikian hingga akhir zaman. Sayangnya, ayat-ayat Allah yang dikuatkan dengan hadits Rasulullah Saw itu seringkali disalah-tafsirkan, termasuk oleh para ulama kita sendiri. Syeikh Muhammad al-Ghazali dalam buku Qadhaya al-Mar`ah  bayna at-Taqalid ar-Rakidah wa al-Wafidah, dengan yakin mengatakan; “Fatwa  terkenal di kalangan kaum muslimin yang kemudian diambil alih oleh musuh-musuh Islam adalah tuduhan bahwa Islam telah mendirikan dinding pembatas yang tinggi antara laki-laki dan perempuan, sehingga keduanya tidak dapat saling melihat satu sama lain. Bahkan sekadar memandang pun hukumnya haram”.  Kita juga pernah dikejutkan dengan ucapan seorang khatib yang mengatakan, “wanita tidak boleh keluar dari rumahnya kecuali pergi ke rumah suaminya (sesudah menikah) dan ke kuburan (untuk dikuburkan)!

Tentu saja, fatwa dan khutbah tersebut lahir dari pemahaman dan tafsiran terhadap ayat-ayat Allah dan hadits Nabi Saw yang patut ditinjau ulang. Karena memang, ada masalah dalam fenemona umat Islam berkenaan dengan kemurniaan dan kedalaman riwayat-riwayat hadits yang diterapkan. Diakui, terdapat ulama yang menyebutkan riwayat-riwayat yang tidak sahih dan para ahli fiqh yang tidak memperhatikan perubahan hakikat Islam dan perkembangan zaman. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Fatimah Ra bahwa wanita tidak boleh melihat laki-laki dan juga tidak boleh dilihat laki-laki, sebagaimana hadits Nabi Saw yang melarang sebagian istri Nabi melihat Abdullah ibn Ummi Maktum. Dalam peristiwa yang lain, Ummi Hamid; istri Abu Hamid as-Sa’di pernah menyampaikan perasaan senang hatinya karena bisa shalat berjamaah bersama Rasulullah Saw. Namun, ternyata Rasulullah justru menginginkannya untuk shalat di rumah. Bahkan, semakin sempit tempat, jauh dan sunyi, maka semakin baiklah shalat di tempat itu.

Kritik terhadap Monopoli Tafsiran Agama

Semua riwayat tersebut merupakan hadits yang tidak sama dengan hadits yang ditulis para ulama hadits yang otoritatif, karena hadits-hadits tersebut nyata-nyata bertentangan dengan ketentuan Al-Qur`an dan as-Sunnah. Hadits-hadits semisal itu telah membelenggu kaum wanita dan menyudutkan kedudukan mereka sebagai golongan terbelakang. Lebih dari itu, kedudukan wanita yang demikian rendah itu akan mempengaruhi buruknya sistem keluarga, struktur masyarakat dan prinsip perundang-undangan.

Dalam merespon hal itu, Ibnu Huzaimah melakukan uji ulang dan kritik atas tafsiran hadits-hadits tersebut dengan membuat bab yang menyebutkan masalah “Shalatnya Seorang Wanita di Rumahnya Lebih Baik daripada Shalatnya di Masjid Rasulullah Saw” dan sabda Nabi Saw “Shalat di Masjidku ini Lebih Baik daripada Seribu Kali Shalat di Masjid-Masjid Lain”. Pertanyaan yang segera muncul, adalah jika ungkapan tersebut benar, mengapa Nabi Saw membiarkan wanita-wanita menghadiri shalat berjamaah bersamanya sepanjang sepuluh tahun, dari fajar hingga isya’. Mengapa mereka tidak dinasihati agar tetap tinggal di rumah-rumah mereka sebagia ganti dari ancaman yang batil itu? Mengapa beliau mempercepat shalat fajar dengan membaca dua surat pendek ketika mendengar tangisan anak kecil bersama ibunya sehingga tidak mengganggu hatinya? Mengapa beliau bersabda, “Janganlah kalian melarang hamba-hamba perempuan Allah pergi ke masjid-masjid Allah Swt?
Mengapa pula para Khulafaur Rasyidin menetapkan barisan-barisan wanita di masjid-masjid setelah wafatnya Rasulullah Saw.

Barangkali, Ibnu Huzaimah  ingin menenteramkan dirinya dan hati kawan-kawannya ketika mendustakan hadits-hadits yang melarang wanita shalat di masjid-masjid dan menyebutnya sebagai kebatilan. Para ulama Musthalah Hadits berkata, “Sebuah hadits dianggap ganjil (syadz) jika kebenarannya ditentang oleh hadits yang lebih shahih. Apabila hadits yang menentangnya tidak dipercaya, bahkan lemah, maka hadits tersebut ditinggalkan atau bernilai munkar (tertolak)”.
Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim tidak disebutkan hal-hal yang mengarah pada larangan bagi kaum wanita untuk shalat di masjid-masjid. Hadits-hadits tersebut semuanya ditolak. Lalu, bagaimana jika hadits lemah berlawanan dengan Sunnah yang mutawatir dan dikenal? Hadits tersebut harus ditinggalkan sejak awal.

Agaknya, benarlah prediksi Nabi Saw bahwa telah datang masanya ketika hadits-hadits shahih terkebur oleh egosime keagamaan yang didominasi oleh kelompok-kelompok fanatik yang tidak tahu kecuali riwayat-riwayat yang ditinggalkan dan munkar. Monopoli tafsiran agama mereka seringkali menyakitkan sesama Muslim lainnya dengan tuduhan-tuduhan bid’ah dan kesesatan beragama yang harus ditumpas habis. Jalan dakwah ini seringkali melupakan kewajiban menjaga ukhuwwah diantara ummat Islam yang seharusya menjadi prioritas setiap da’i.

Islam Membebaskan Wanita

Jika dicermati lebih dalam, Islam tidak pernah menghalangi kemajuan kaum wanita. Sebaliknya, dari hasil kajian hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa Islam memberi ruang kebebasan bagi kaum hawa dengan batasan-batasan yang justru menjaga kehormatannya. Larangan terhadap kaum wanita untuk pergi ke masjid bisa diterima ketika mereka berhias secara berlebihan (tabarruj). Dan mencegah wanita dari perbuatan tercela harus dilakukan dengan merealisasikan wasiat Rasulullah Saw yang menyatakan bahwa mereka (kaum wanita) boleh keluar dengan mengenakan baju biasa, atau dengan penampilan sederhana, tidak memakai wangi-wangian dan bergaya. Sedangkan mengeluarkan hukum tentang larangan pergi ke masjid-masjid bagi wanita jelas merupakan cara yang tidak ada kaitannya dengan Islam.

Karena itu, jika seorang wanita telah melaksanakan tugas-tugas domestik di rumahnya, suami tidak berhak melarangnya untuk pergi ke masjid, sebagaimana dijelaskan dalam hadits, “Janganlah kalian melarang hamba-hamba perempuan Allah pergi ke masjid-masjid-Nya”. Pernyataan ini sejalan dengan kebijakan beliau yang telah menjadikan satu pintu dari pintu-pintu masjid khusus untuk kaum wanita dan beliau menempatkan wanita-wanita dalam jamaah pada barisan paling belakang dalam masjid. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga mereka ketika ruku’ dan sujud. Dan beliau mencela laki-laki yang mendekati barisan kaum wanita dan juga mencela wanita yang mendekati barisan kaum laki-laki.

Kebebasan seorang wanita muslim juga tidak akan terganggu karena posisinya sebagai ibu rumah tangga. Ketika Islam mewajibkan suami untuk memberi nafkah keluarganya, maka pada hakikatnya dia memberi ganti kepada kaum wanita untuk kekosongan waktunya, untuk berkiprah demi kebaikan rumah tangganya, membesarkan anak-anaknya dan mencurahkan segenap perhatiannya dalam menunaikan tugas-tugas alamiahnya. “Wanita cantik yang melupakan perhiasannya dan menyibukkan  diri dengan mengasuh anak-anaknya sehingga parasnya berubah adalah wanita yang harus mendapat penghargaan dan kedudukan tinggi”. Ungkapan tersebut boleh jadi benar, tetapi penerapannya sangat ditentukan oleh kondisi masing-masing rumah tangga dan prioritas kemaslahatannya.

Yang terpenting dari itu semua, sebuah keluarga harus mempertahankan tiga hal yang menjadi pilar kebahagiaannya yaitu ketenangan, cinta dan sikap yang saling menyayangi. Kasih sayang bukanlah sejenis perhatian dalam bentuk benda, tetapi merupakan sumber bagi kehangatan yang terus mengalir, sedangkan darahnya adalah akhlak dan tingkah laku yang mulia. Ketika rumah tangga berdiri kukuh di atas kedamaian dan ketenteraman, cinta yang terbalas, dan kasih sayang yang hangat , maka perkawinan menjadi anugerah yang mulia dan harta yang penuh berkah. Ia akan mampu mengatasi berbagai rintangan dan lahirnya keturunan-keturunan yang baik. Dan, keputusan untuk menikmati kemuliaan menjadi ibu rumah tangga adalah langkah penting untuk mewujudkan itu semua.

Shaifurrokhman Mahfudz, Lc. M.Sh
Sekjen Andalusia Islamic Centre & Dosen STEI Tazkia Bogor 

[hidayatullah.com]
Read more...
separador

Warna-Warni Da’wah Kampus




Bismillaahirrahmanirrahiim..

Di penghujung malam, kucoba untuk menuangkan sedikit cerita. Cerita yang aku sendiri bingung untuk mulainya dari mana. Tapi jari-jari ini terus saja tertarik oleh medan magnet yang bersumber dari rasa ingin berbagiku, berbagi cerita yang kudapatkan dan mulai kurasakan semenjak Allah menakdirkanku untuk bergabung dengan barisan pejuang Lembaga Dakwah Kampus Universitas Negeri Jakarta.

***

Aku bukan siapa-siapa, justru sering kumerasakan bahwa aku tak pantas berada di antara mereka. Mereka yang amal shalihnya sangat nyata. Mereka yang kedekatannya kepada Sang Pencipta begitu luar biasa terjaga. Mereka yang semangat berda’wahnya terus menggelora. Mereka yang pengorbanannya sungguh tak terkira. Mereka yang visinya begitu besar melangit membahana ke penjuru dunia. Mereka yang………………tak mampu kutuliskan satu persatu kelebihannya karena begitu banyaknya.

Tapi sekali lagi, ini adalah takdir Allah Swt. Takdir Sang Khaliq, Sang Pencipta alam raya. Takdir yang membawaku untuk belajar lebih dewasa. Takdir yang mebawaku belajar mengenal al Islam dengan lebih sempurna. Takdir yang membawaku menyadari bahwa aku bukan siapa-siapa.

Entah rencana apa yang Allah rancang, sehingga Allah menakdirkanku untuk bergabung bersama barisan da’wah ini. Tapi aku yakin, pasti ada sesuatu yang istimewa. Sesuatu yang mungkin tak dapat kurasakan di luar sana.

***

Positive Thinking. Itu yang kucoba bangun dari awal kepengurusan. Mesti sering kali goyah dan berbelok terbawa hasutan syaithan. Tapi sampai saat ini insya Allah tetap kucoba pertahankan.

Warna-warni da’wah kampus tingkat universitas membuatku memaksa diri untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Lingkungan yang jelas berbeda dengan lingkungan asalku, FMIPA yang cenderung lebih homogen dan cukup terkondisikan. Rekan da’wah yang beragam pun menjadi bagian ‘cerita’ tersendiri yang unik dan cukup ‘menantang’. Kadang menambah semangat juang, kadang juga mengesalkan. Ma’lum namanya juga manusia biasa, bukan rasul ataupun malaikat yang fitrahnya selalu ta’at dan hanya menebarkan kebaikan.

***

Semester kedua kepengurusan ini terasa lebih hampa, tapi juga terasa lebih padat menghimpit jiwa dan raga. Suatu hal yang terkesan agak ‘lebay’ dan sangat kontras memang. Tapi, ya begitulah yang kurasa..

Alhamdulillah, sebagian dari pengurus juga sudah ada yang menyelesaikan amanah akademiknya. Sebagian lagi sedang berusaha mengejar target di semester ini, sebagian lainnya ada yang akhirnya memutuskan untuk menunda kelulusan hingga semester berikutnya. Ya, itulah pilihan. Masing-masing memiliki prioritas tersendiri yang tidak berhak dihakimi tanpa tau latar belakang yang mendasari.

Semakin ke sini, tiap-tiap pengurus pun semakin terlihat karakteristik yang sesungguhnya. Dalam menjalankan amanah yang diterima, dalam berinteraksi antarsama, dalam menanggapi beragam permasalahan yang ada, dan dalam hal-hal yang lainnya juga..

Ada yang begitu perhatian terhadap amanah dan saudara-saudaranya. Ada yang begitu tegar, meski kondisi keluarga sedang sangat membutuhkan dirinya. Ada yang terlihat cuek, tapi ternyata tetap memperhatikan permasalahan yang ada. Ada yang begitu cekatan tatkala seruan da’wah memanggilnya. Ada yang bersantai karena merasa amanah yang menjadi tanggung jawabnya telah selesai dilakukan. Ada yang bimbang karena amanah lain lebih membutuhkan dirinya. Ada yang bingung karena belum jelas mendapatkan arahan. Ada yang acuh tak acuh karena belum mengenal medan yang sesungguhnya. Ada yang diam karena enggan bekerja sama. Dan ada juga yang akhirnya memutuskan untuk berhenti melanjutkan amanah yang sedang diemban karena beragam alasan. Ya, seperti itulah adanya..

***

Padatnya agenda da’wah di akhir kepengurusan membuat dinamisasi pribadi, bidang, dan struktural terasa kian cepat tak terelakkan.  Kerja-kerja marathon sudah sangat jelas akan dilalui hingga muktamar datang. Nuansa hati semakin tak dapat ditebak. Dan yang utama, kedekatan dengan Rabbul ‘Izzati menjadi sasaran empuk yang harus terus dikuatkan.

Belakangan ini juga muncul permasalahan ‘baru’. Sebagian ikhwan berpendapat bahwa akhawat zaman sekarang sangat sensitif. Dikasih masukan sedikit langsung marah, ngambek, nangis. Sebagian akhawat juga berpendapat bahwa ikhwan sekarang gak peka. Bisanya cuma nyuruh-nyuruh aja, ngatur ini itu, tapi gak ngertiin kondisi yang ada. Huft, benarkah seperti itu? Yuk, mari kita introspeksi bersama :)

Kita adalah keluarga. Saling nasihat-menasihati adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan. Ketika ada yang khilaf, kita harus mengingatkan. Ketika ada yang melemah, kita harus menguatkan. Ketika ada yang semangat, kita harus memberikan dukungan. Tentunya, mengingatkan dengan cara-cara yang ahsan. Menguatkan tanpa menyinggung perasaan yang mendalam. Memberikan dukungan tanpa mengharapkan balasan. Dan saling memahami adalah kunci utama untuk menjaga keutuhan keluarga ini.

***

Saat ini, ada yang shalat malamnya semakin panjang. Ada yang do’anya semakin syahdu. Ada yang tidur malamnya semakin berkurang. Ada yang uang sakunya semakin menipis. Ada yang hari-harinya semakin padat tak tersisipkan ruang tuk beristirahat. Ada yang canda tawanya dilakukan tuk menutupi dukanya yang mendalam. Ada yang perhatiannya kepada saudaranya melebihi perhatiannya terhadap dirinya sendiri. Namun, apakah kita pun merasakan dan melakukan hal-hal yang demikian?

Karena memang seperti itulah da’wah. Teringat aku akan kata-kata bijak Ustadz Rahmat Abdullah, rahimahullah, Sang Murabbi sejati pengikat hati, yang tak pernah bosan kumengulang dan membacanya.
“Da’wah adalah cinta, dan cinta akan meminta segalanya dari dirimu. Pikiranmu, perhatianmu, berjalan, duduk, dan tidurmu, bahkan di tengah lelapmu isi mimpimu pun tentang da’wah, tentang ummat yang kau cintai. Da’wah menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari…”
dan firman Allah Swt.,
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. 9:111)

Da’wah Kampus. Begitu penuh warna. Begitu tak terduga. Begitulah adanya. Membuatku terjaga. Membuatku menjadi lebih dewasa. Terimakasih Allah atas kesempatan yang telah Kau beri. Terimakasih ikhwatifillah atas persaudaraan dan beragam pengalaman yang tak dapat terlupakan. Kini kusemakin mengerti, bahwa aku bukan siapa-siapa tanpaNya, tanpa kalian, dan tanpa da’wah ini.

Cassava Garden,
Jum’at, 12 Oktober 2012 Pkl. 01.15

kni12.keren~
diri yang merindu syurgaNya


NB:
Teruntuk semua saudaraku yang dirahmati Allah. Mohon maaf atas segala khilaf yang telah kulakukan. Diri ini memang banyak salah kepada kalian. Sering menyusahkan, membuat kesal, kurang cekatan, dan masih banyak lagi lainnya. Semoga Allah pun memaafkan. Dan semoga Allah menghimpun kita di syurgaNya kelak bersama dengan keluarga kita. Berkumpul bersama Rasulullah dan para sahabatnya, serta Allah perkenankan kita untuk melihat wajahNya yang Agung nan Mulia, nikmat tak tergantikan, yang menjadi dambaan ummat sepanjang hayat, aamiin..

Read more...
separador

Total Pageviews

Followers

Entri Populer